PERMENDIKBUD

Selasa, 25 Juli 2017

PDGK 4104 / Perspektif Pendidikan SD, MODUL 4 KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SISWA SEKOLAH DASAR,



MODUL 4
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1 : Karakteristik Perkembangan Fisik, Motorik, Emosi, dan Sosial anak.
A.      Karakteristik Perkembangan Fisik
1.    Pengaruh Keluarga/Keturunan
Yang dimaksud adalah faktor keturunan. Anak akan mewarisi gen dari orang tuanya.
2.    Gizi
Anak yang dalam pertumbuhannya dibesarkan dengan gizi maupun perawatan yang serba berkecukupan, akan terlihat lebih besar, lebih tinggi dan sehat untuk seumurnya.
3.    Tingkat Sosial Ekonomi
Anak yang dibesarkan oleh keluarga dengan tigkat sosial ekonomi sosial yang lebih tingg biasanya akan lebih terpenuhi semua kebutuhan hidupnya, terutama kebutuhan fisik.
4.    Faktor Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan.

5.    Jenis Kelamin
Sekitar umur 11-12 tahun, anak perempuan lebih cepat tinggi dan berat daripada anak laki-laki.
6.    Kesehatan
Anak yang sehat dan jarang sakit, akan terlihat sehat dan segar penampilannya, aktif bergerak seakan tidak mengenal lelah
7.    Suku Bangsa/Ras
Keadaan anak dapat juga dipengaruhi oleh suku bangsa/ras yang diwarisi dari nenek moyangnya.
B.       Karakteristik Perkembangan Motorik
Motorik merupakan gerakan-gerakan tubuh yang terkoordinasi karena adanya kerja sama antara otot, otak dan saraf.
Keterampilan motorik akan berkembang dengan baik bila dipelajari dan adanya bimbingan. Keterampilan anak menggunakan jari-jarinya, seperti menulis, atau memegang sendok disebut sebagai keterampilan motorik halus. Sedangkan keterampilan anak berjalan, melompat, melempar, menangkap, berlari serta menjaga keseimbangan badannya disebut sebagai keterampilan motorik kasar.
Semakin bertambah usia anak, maka semakin sempurna gerakan motoriknya, seperti gerakan-gerakan berikut.
1.    Cara memegang
Anak-anak yang masih kecil, cara memegang sesuatu masih asal-asalan saja, setelah lebih dewasa, cara memegang sesuatu sudah sempurna dan siap untuk melakukan segala aktivitas tanganya dengan baik.
2.    Cara berjalan
Anak kecil yang berjalan, seolah-olah seluruh tubuhnya ikut bergerak. Namun, pada anak yang lebih dewasa, mereka hanya mempergunakan otot yang perlu saja, karena mereka sudah dapat mengoordinasi anggota badanya.
3.    Cara memegang
Anak kecil yang menendang bola, kedua belah tangannya mengayun ke depan dengan berlebihan, seakan seluruh anggota badannya ikut bergerak. Namun, pada anak yang lebih dewasaakan menendang bola dengan menggunakan kakinnya dengan menempatkan pada objek sasaran dengan tepat.

C.       Karakteristik Perkembangan Emosi
Anak usia Sekolah Dasar sudah mulai tahu bahwa ungkapan emosi terutama emosi yang kurang baik, secara sosial tidak diterima oleh teman sebaya atau orang lain, sehingga anak mulai berusaha mengendalikan ungkapan-ungkapan emosinya tersebut.
Cara mendidik anak yang bersifat demokratis dan permisif akan meninjang ekspresi emosi yang menyenangkan. Anak akan lebih terbuka, santai, dan mudah bergaul. Usia Sekolah Dasar merupakan masa peralihan antara masa anak dan menjelang remaja, sehingga emosi anak kadang-kadang kurang stabil. Dengan menanamkan pengertian perlunya menahan luapan emosi yang sangat berlebihan. Hal tersebut akan membawa kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain. Melalui bimbingan tersebut, emosi anak bisa terkendali.

D.      Karakteristik Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial berarti suatu gambaran tentang perilaku anak dalam kehidupan sosialnya. Pada usia Sekolah Dasar perkembangan sosial anak dapat disebut sebagai usia berkelompok. Pada usia ini ditandai dengan adanya minat anak terhadap aktivitas bersama teman-teman. Mereka merasa puas dengan perilaku hidup berkelompok dan bahagia apabila dapat diterima menjadi anggota dalam suatu kelompok tersebut.
Agar anak dapat bersosialisasi dengan baik, perlu belajar mengenal, menafsirkan dan melakukan reaksi secara tepat terhadap situasi sosial yang mereka hadapi. Motivasi berteman pada anak Sekolah Dasar dapat dibedakan dalam tiap tahap, yaitu: tahap pemenuhan kebutuhan, tahap balas jasa, dan tahap teman akrab.
1.    Tahap Pemenuhan Kebutuhan
Pada tahap ini anak menghargai teman sebagai individu bukan karena status sosial ekonomi atau yang lainnya, tetapi mereka lebih tertarik kepada anak lain yang mau bermain bersama, sehingga terjalin persahabatan. Sebab, anak mengaggap bahwa berteman dan bersahabat merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhannya.
2.    Tahap Balas Jasa
Pada tahap ini, anak mendapatkan teman karena adanya suatu kepentingan rasa keadilan.
3.    Teman Akrab
Pada tahap ini, anak-anak menjalin persahabatan yang betul-betul akrab. Mereka saling berbagi perasaan, masalah maupun konflik, bercanda, tertawa, bercerita, dan kadang-kadang juga terjadi pertengkaran kecil yang kemudian bercanda lagi, sehingga akan terbentuk ikatan emosional yang mendalam.
Perkembangan sosial anak usia SD merupakan suatu tahapan yang dapat menentukan kkualitas sosial mereka setelah dewasa. Guru memegang peran untuk membangun kehidupan sosial siswanya. Untuk mengetahui hubungan antar siswa dalam satu kelas, guru dapat mempergunakan teknik sosiometri. Dalam hal ini, guru dapat mempergunakan teknik sosiometri untuk mengetahui hubungan sosial mereka. Sosiometri adalah suatu teknik untuk menggambarkan struktur hubungan yang ada dalam bentuk sosiogram. Adapun kegunaan sosiometri bagi guru atau konselor adalah dengan sosiometri tersebut dapat diidentifikasi siswa mana yang memerlukan bantuan dalam menyesuaikan dirinya teerhadap kelompok.

Kegiatan Belajar 2 : Karakteristik Perkembangan Intelektual, Bahasa, Moral, dan Spiritual Anak

A.      Karakteristik Perkembangan Intelektual
Intelegensi atau intelek, pada adasarnya mempunyai arti yang sama, dalam hal ini intelek maksudnya ialah pikir, sedang intelektual adalah kemampuan kecerdasan. Berpikir merupakan perbuatan menimbang-nimbang, menguraikan, menghubungkan, sampai pada akhirnya mengambil keputusan. Sedang kecerdasan merupakan kemampuan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah dengan cepat.
1.    Desentrasi dan konservasi
Anak punya konsep bahwa perubahan pada satu dimensi, dapat dikompensasikan dengan perubahan dari dimensi lain.
2.    Seriasi
Karakteristik lain dari tahap operasional konkret adalah kemampuan utuk mengatur benda sesuai dengan beberapa dimensi kuantitatif, seperti berat atau ukuran.
3.    Pemikiran rasional
Anak dapat membandingkan dua benda atau lebih atau suatu kejadian. Dalam hal ini anak dapat berpikir secara rasional sesuai dengan yang mereka lihat.
4.    Inklusi kelas
Anak pada tahap operasi konkret dapat berpikir secara bersamaan tentang bagian dan keseluruhan.Selain itu, anak dalam tahap operasi konkret dapat mengerti bahwa sifat khusus dari benda dapat termasuk lebih dari satu golongan yang mempunyai hubungan pada satu saat yang disebut dengan prinsip penggandaan kelas atau relasi.
Di sekolah, guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang dapat memberi kesempatan pada siswa untuk beraktivitas baik dalam kelas maupun di luar kelas untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman belajar yang lain. Anak harus diberi kesempatan untuk bergerak, berbuat, bertindak, dan sekaligus berpikir.

B.       Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak
Manusia mempunyai kemampuan berbahasa lebih tinggi derajatnya daripada binatang. Karena manusia mempunyai akal dan pikiran, juga mempunyai ragam bahasa.
Nilai-nilai moral harus diberikan sedini mungkin, agar tertanam dalam diri anak tentang hal-hal yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilakukan, bagaimana bersikap, bertutur kata yang baik terhadap oranng lain.

1.    Perkembangan Bahasa
Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan dapat dalam bentuk percakapan, tulis, isyarat tangan, gerak tubuh, ekspresi wajah, ungkapan musik, dan sebagainya.
Tiap individu dituntut memiliki kemampuan untuk menyatakan/mengekspresikan pikirannya dan menanngkap pemikiran orang lain melalui bahasa, sehingga komunikasi dapat berlangsung secara efektif.
Semakin matang organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara, anak akan semakin jelas mengutarakan kemauan, pikiran maupun perasaannya melalui ucapan atau bahasanya. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh lingkungan, orang tua atau orang yang selalu dekat dengan anak yangn mampu memberikan rangsangan dengan cara mengajak berbicara. Dengan sering mengajak berbicara, maka anak akan cepat berbicara dan mengenal bahasa. Keluarga sebagai salah satu model yang dapat dicontoh anak dalam belajar bicara, dapat mempengaruhi kelancaran anak dalam berbahasa.
2.    Fungsi Bahasa
a      Untuk mengekspresikan perasaan
b      Untuk memengaruhi orang lain
c      Untuk menyampaikan informasi
3.    Tahap-tahap Berbicara
a      Menangis
Menangis merupakan cara bayi untuk berkomunikasi dan juga melakukan hubungan sosial dengan sekelilingnya. Melalui irama, intensitas maupun gerakan badan yanng mengiringinnya tersebut akan diketahui arti tagisan bayi.
b      Berceloteh
Dengan bertambahnya umur dan semakin berkembangnya mekanisme suara, bayi dapat mengeluarkan sejumlah bunyi eksplosif. Suara-suara yang dikeluarkan kalau didengar tidak menimbulkan arti, hanya beberapa huruf hidup atau mati yang digabungkan sehingga menimbulkan bunyi.
c      Holofrase
Selain sebagai sarana berkomunikasi, berbicara juga berfungsi sebagai sarana bersosialisasi. Disamping sebagai sarana berkomunikasi dan bersosialisasi, berbicara dapat berfungsi untuk memperoleh kemandirian.


d     Mengobrol
Mengobrol merupakan bentuk berbicara yang mempunyai makna sosial, bertujuan agar pembicaraannya didengar dan dimengerti oleh orang lain.
Inti dari berkomunikasi adalah mengerti apa yang dikatakan orang lain.
4.    Faktor-faktor yang Memacu Anak Cepat Berbicara
a      Keluarga
Peran orang tua sebagai pembimbing bicara dan bahasa anak, sehingga akan memacu anak berani mengutarakan pendapatnya.
b      Media elektronik
Media elektronik dapat membantu anak untuk belajar bicara dan menambah kosakata.
c      Sekolah
Melalui buku pelajaran, komunikasi dengan guru dan teman-teman di sekolah, anak-anak dapat meningkatkan penguasaan kosakata. Mereka juga mampu mennngkatkan pemahaman terhadap kalimat-kalimat yang dibaca, dan didengar di sekolah.

C.       Perkembangan Moral
Dalam pergaulan sehari-hari kita sering mendengar kata moral yang dihubungkan dengan tingkah laku orang. Tingkah laku yang bermoral adalah tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai tata cara/adat yang terdapat dalam kelompok atau masyarakat.
Nilai moral bukanlah sesuatu yang diperoleh dari lahir, melainkan sesuatu yang diperoleh dari luar. Pada mulanya anak mempelajari nilai-nilai moral yang beerlaku di rumah, kemudian di sekolah, dan selanjutnya setelah mereka bergaul dan menyesuaikan dengan dengan norma kelompoknya.
1.    Perkembangan Moral Menurut Pakar
a      Menurut Piaget
Anak usia 5 tahun mempunyai konsep bahwa benar salah masih dipahami dengan kaku. Tetapi pada anak usia 11 tahun, proses berpikirnya sudah mulai berkembang, banyak bergaul dengan teman sebayanya dan adanya pengaruh dari lingkungan, kadang-kadang mengangggap bahwa berbohong tidak selalu buruk.
b      Menurut Kohlberg
Kohlberg menamakan moralitas anak baik untuk tinngkat pertama pekembangan moral anak-anak. Pada tahap ini anak mengikuti semua peratutan yang telah diberikan, dengan tujuan untuk mengambil hati orang lain dan berharap dapat diterima dalam kelompok.
Sedangkan pada tingkat kedua tingkat perkembangan anak, ia sebut dengan morallitas konvensional atau moralitas dari aturan-aturan. Pada tahap ini anak menyesuaikan diri pada aturan-aturan yang ada dalam kelompok dan disepakati bersama oleh kelompok tersebut.
2.    Fakto-faktor yang mempengaruhi moral
a      Lingkungan Rumah
b      Lingkungan Sekolah
c      Teman Sebaya dan Aktivitasnya
d     Intelegensi dan Jenis Kelamin

D.      Perkembangan Agama
Agama menjadi pengarah dan penentu dalam siap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran agama terkandung nilai-nilai moral dan etika yang harus dipakai sebagai pedoman hidup yang universal dan abadi sifatnya. Selain itu, agama mengajarkan untuk bertingkah laku dan berakhlak yang baik, seperti kejujuran maupun keadilan.
Pendidikan agama di sekolah meliputi dua aspek, yaituaspek pembentukan kepribadian (ditujukan kepada jiwa) dan pengajaran agama (ditujukan kepada pikiran).
Belajar agama dengan mencontoh, melalui pendengaran, penglihatan dan berbagai panca indera lainnya. Selanjutnya dengan semakin bertambahnya usia, anak mampu berpikir secara abstrak, sehingga dapat mencerna pendengaran dan penglihatan yang diterimanya dan menjalankan agama dengan penuh kesadaran.
Metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran agama, antara lain.
1.    Metode Bercerita
2.    Metode Bermain
3.    Metode Karyawisata
4.    Metode Demonstrasi
5.    Metode Pemberian Tugas
6.    Metode Diskusi dan Tanya Jawab

Tidak ada komentar: