PERMENDIKBUD

Kamis, 28 Oktober 2010

KETEKUNAN MENUJU PRESTASI

KETEKUNAN MENUJU PRESTASI
Oleh : Kastowojatilawang
KELAHIRAN YANG DINANTIKAN
Pagi itu udara sangatlah cerah. Udara bertiup sepoi-sepoi basah. Burung-burung berkicau dengan riangnya. Petani bersenandung dengan syahdunya. Dengan diiringi suara alunan seruling nan merdu membuat telinga alam sekitar pada tersenyum. “ Kang, ini nasi brabuk Kang, sambal teri, sayur lompong monggo dimakan, Kangkata Sulastri dengan senyuman yang khas. “ Ya, dhik, terima kasih nasi brabuknya, enak tenan....!!!!!” jawab Suparno dengan hati yang bahagia.
Memang matahari baru saja naik seperempat putarannya, tapi perut Suparno agak keroncongan. Perutnya yang keroncongan memang disengaja supaya nanti bila kirim sarapan oleh istri tercintanya bisa dengan lahap dan sangat enak. Dan ternyata yang dimakan sungguh sesuai dengan selera hari ini. “Dhik, sungguh bahagianya bila kita hari ini sudah diberi momongan oleh Gusti Alloh, aduh sungguh bahagiannya.” kata Suparno pada istri tercintanya. Sulastri menjawab,” Betul Kang, mudah-mudahan kita cepat diberi momongan oleh Alloh.” Siang itu adalah hari penuh pengharapan. Sulastri yang selama tiga tahun belum juga diberi momongan dari yang Maha Kuasa mencoba untuk bersabar. “ Dhik tanaman padi kita sungguh subur sekali, mudah-mudahan sampai panen tidak ada hama yang menyerang,” kata Suparno. ‘ Mudah-mudahan , Kang supaya hidup kita tidak kekurangan makan lagi.
Makin lama matahari mengeluarkan panas yang bertambah sehingga keringat Suparno megucur membasahi tubuhnya, tetapi terasa enak di badan karena ada sumilir angin yang bertiup dan yang tak kalah senagnya ditunggui sang
istri tercinta. Sulastri menyiangi tanaman padi yang hampir penuh dengan rumput
-rumput pengganggu. Dengan senangnya mereka bekerja dan diselingi tawa
canda.
Sungguh seperti tanpa beban siang hari itu.
Dari kejauhan datang seorang wanita tua menghampirinya. Wanita tua itu duduk di pematang sehingga menambah senangnya Sulastri dan Suparno. “ Simbah ke sini ada apa Mbah ? “ tanya Sulastri. “ Oh..., saya kemari hanya ingin memberitahukan kepada kalian berdua, supaya selalu hidup rukun dan yang tak kalah penting mendoakan supaya cepat punya anak.” Jawab simbah. Wanita tua tersebut adalah dukun bayi yang sering membantu persalinan di lingkungan sekitarnya. Hari itu kebetulan sudah selesai membantu merawat dan memandikan bayi di rumah sebelahnya. ” Terima kasih mbah atas nasehat dan doanya mudah-muahan Tuhan meridloi, amin” jawab Sulastri penuh semangat. “ Sulastri dan Suparno hari telah siang mari kita pulang supaya tidaknkepanasan.” Ajak Simbah. “ Ya Mbah, Simbah pulang dulu nanti kami akan menyusul, ini akan kami selesaikan dahulu.” Jawab Suparno.
Suparno dan Sulastri termasuk pekerja ulet dan tekun. Sehari-hari mereka berdua selalu ke sawah mengerjakan tanah petaniannnya untuk ditanami tanaman yang sekiranya hasilnya baik dan cocok sesuai musim. Kehidupan Suparno tergolong sederhana tetapi tidak pernah ada rasa keluhan masalah ekonomi. Untuk masalah keturunan mereka sering kali sering terganggu. Sekali waktu mereka berdua merenung. Dalam merenung supaya dalam mengarungi hidupnya selalu dalam jalan Tuhan. Mereka tidak ingin terperosok ke dalam jurang yang dilarang oleh norma agama dan norma hukum pemerintahan. Mereka sebetulnya berpendidikan lumayan yaitu lulus sampai tingkat menengah atas. Suparno walau anak desa dari kecil memang bercita-cita menuntut ilmu sampai maksimal. Ini diwujudkannya menempuh pendidikan sampai Sekolah Menengah Atas ( SMA ). Ayahnya walaupun seorang petani ingin mendidik anaknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ilmu agama. Ayahnya teringat petuah sang Kyai di desanya yaitu tuntutlah ilmu sampai negeri Cina. Maka untuk mewujudkan cita-citanya itu Suparno di sekolahkan di Madrasah Diniyah dan Sekolah Umum. Walau harus menempuh perjalanan yang jauh Suparno tetap semangat.
Begitu juga dengan Sulastri walau kala itu penduduk sekitarnya kurang memperhatikan pendidikan anaknya tetapi ayahnya Sulastri begitu semangat untuk menyekolahkannya. Sawah yang tak begitu luas dijual untuk pembiayaan sekolahnya. Begitu juga rumah yang tidak besar juga dijual untuk biaya sekolah Sulastri. Sikap yang penuh perhatian dari ayah dan ibunya membuat Sulastri harus mengimbanginya dengan cara belajar yang tekun. Sulastri tergolong murid yang pandai di kelasnya bahkan di sekolahnya. Ia selalu mendapat ranking atau juara satu. Tetapi semua itu tidak membuatnya lupa diri tetapi terus giat belajar dan tetap bersahaja.
Penampilan Sulastri menjadi idola masyarakat sekitarnya. Wajahnya yang cantik sebagai kembang desa dan pendidikan yang lumayan bagus waktu itu disertai dengan tingkah laku yang sopan dan supel membuat orang lain menaruh hormat walaupun Sulastri masih muda. Dalam kegiatan masyarakat dia tidak pernah absen. Mulai dari kegiatan agama seperti membaca sejarah nabi atau membaca kitab Al Barjanji sampai menjadi pembawa acara sewaktu ada
pengajian. Dari kegiatan karang taruna sampai kegiatan pemberantasan buta huruf. Itu semua diikuti dengan penuh semangat dan iklas. Maka tidak mengherankan kalau Sulastri menjadi idola dan buah bibir setiap orang. Walau begitu juga ada orang yang tidak senang dengan sikap dan semangat Sulastri. Orang tersebut boleh dikata mempunyai penyakit hati yaitu iri dan dengki. Dalam hal ini Sulastri sadar bahwa kebaikan penuh dengan tantangan. Semakin baik seseorang maka tantangan yang harus dihadapi semakin besar. Maka Sulastri bersikap baik saja seperti tidak ada beban dan masalah.
Suparno yang lahir di desa Srikaton adalah desa tetangga desa Sulastri. Jaraknya tidak terlalu jauh yaitu sekitar 500 meter. Dengan Sulastri yang sangat dikagumi orang sedesanya maka Suparno ingin juga mengenal lebih jauh tentang kepribadian Sulastri. Dan ternyata dari sikap penasarannya Suparno jadi mempersunting Sulastri. Gayung bersambut ternyata Sulastri merasa cocok dengan jiwa dan tingkah laku Suparno yaitu pekerja ulet, sopan dan yang tidak kalah yaitu agamanya kuat sekali. Inilah yang menjadi landasan Sulastri menerima pinangan Suparno.
Upacara pernikahan berlangsung sederhana tetapi semarah sekali. Teman-teman Suparno dan Sulastri yang diberi undangan pada datang semua. Sunguh senang hati mereka berdua. Menjadi raja sehari diiringi lagu penganten baru dari kaset lantunan suara penyanyi gruop kasidah modern Nasida Ria dari Semarang menambah suasana semakin meriah. Ucapan selamat menempuh hidup bariu dan doa arei tamu yang datang menambah rasa dekat hati mereka berdua kepada Sang Khalik. Sungguh anugerah yang tak ternilai harganya.
Hari semakin siang maka tamu-tamu yang datang pada meninggalkan arena perkawinan. Tepat pukul 12.00 siang seluruh acara telah selesai. Tetangga dekat semua pada ikut membersihkan arena pehelatan supaya seperti sedia kala kembali. Tua muda , laki-laki perempuan bersatu padu membantu keluarga Pak Sarpani ayah Sulastri. Ada yang menata kursi dan meja ditumpuk kembali, menyapu lantai ada pula yang menata kembali dinding depan yang kemarin dibuka untuk perhelatan perkawinan supaya tempatnya luas. Meeka bekerja bahu membahu tanpa rasa lelah dan kesah.
Sudah tiga tahun Sulastri bersama Suparno mengarungi bahtera rumah tangga. Banyak sekali rintangan yang datang terutama cemoohan dari masyarakat sekitar bahwa Sulastri mandul. Sering kali kata-kata yang kurang enak membuat hatinya sedih tetapi semua itu bisa diatasi dengan cara berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. Dia berkeyakinan suatu saat bila Tuhan sudah berkehendak maka sesuatu bakal terjadi yaitu anak manis yang didam-idamkan. “ Kang, bagaimana kalau ikita minta saran Pak Kyai di desa Wonocoyo Kang ?” Pinta Sulastri mencoba menarik hati Suparno suaminya. “ Ya, Dhik mari kita coba paling tidak bisa menambah kekuatan hati kita dalam mengarungu bahtera ini dan syukur kita nanti diberi solusi tentang anak yang kita idam-idamkan bersama.” Jawab Suparno mencoba dengan hati yang tabah.
Tepat pukul 7 malam Suparno dan Sulastri tiba di rumah Kyai Baderi. Dalam perjalanan menuju desa Wonocoyo memang tidak sulit. Tetapi jalan yang berbatu tidak rata selalu membuat lambat perjalannya. Ditambah juga pada sore harinya ada gerimis yang turun sehingga jalannya licin. “ Assalamu’alikum warohmatullhi wabarakatuh” Kata Suparno dan sulastri di rumah Kyai Baderi. “ Wa’alikum salam warahmatullahi wabarakatuh,” jawab Siti Aisyah putri Kiyai Bajuri. “ Silahkan duduk, Bapak Kyai sedang sholat isyak di Masjid tunggu sebentar ya...!!!” pinta Siti Aisyah dengan sopannya. “ Ya, saya tunggu dhik.” Jawab Sulastri membalasnya.
Tepat pukul 7 lebih 30 menit Kyai Baderi pulang dari masjid. “ Assalmu’alaikum Kyai.....” kata Suparno dan Sulastri. “ Alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh” jawab Kyai Besari. “ Begini Kyai, saya ke sini yang pertama silaturahmi dan yang ke dua mohon saran dan doa restunya supaya kami cepat mendapat karunia anak yang selalu kami nantikan Kyai.” Kata Suparno. Jawab Kyai Besari, “ Ya, kalau kita masih dicoba Tuhan seperti ini harus selalu berusaha dan berdoa disetai tawakal kepada Allah Subahnallahu Wa Ta’ala. Berusaha misalkan kita harus tanya pada ahlinya yaitu dokter spesialis kandungan dan bedoa kita harus terus menerus dan istiqomah. Inilah yang menjadi catatan Allah kepada kita. Berdoa harus merasa butuh, merasa kita ini dholim, kita merasa banyak dosa dan yang terpenting lagi kita harus yakin sampai haqulyakin bahwa Allah akan meridloi doa atau permintaan kita. Sudah periksa ke dokte spesialis belum?” “ Belum Kyai”. Jawab Sulastri. “ kalu belum ya harus segera dicoba , bagaimana analisa dokter nanti dan saran saya supaya menurut saja yang disarankan dokter.
Saran Kyai Baeri sungguh sangat menyejukkan hatinya. Sekarang Suparno dan Sulastri seperti mempunyai semangat tambahan yang sangat luar biasa. Maka pada hari berikutnya Sulastri diantar Suparno dengan sepeda motor yang sudah
Tua tetapi masih bagus melajunya mereka datang ke tempat praktek dokter Sujoko. Dokter Sujoko adalh dokter ahli di bidang kandungan. “ Mas Suparno dan Mbak Sulastri besok pagi datang ke rumah sakit untuk melakukan tes apakah Mas dan Mbah subur atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut harus melalui serangkain tes di laboratorium. Bagaimana sanggup ?” Tanya Dokter Sujoko. “ Akan kami coba dokter.” Jawab Suparno.
Hari Selasa dipilih Suparno dan Sulastri untuk cek tentang kesuburannya. Dengan naik sepeda motornya mereka melaju dengan santainya. Diawali dari rumahnya dengan memohon kepada Allah supaya dalam perjalanan diberi keselamatan. Tetapi kehedak Tuhan memang lain. Dalam perjalannya hal kecil menimpa ban Suparno. “ Kang Suparno kelihatannya ban kita bocor” kata Sulastri. “ Apa, bocor , kan baru kemarin ban kita ganti masak bocor?” jawab Suparno. “ ya betul kang kelihatannya goyang-goyang. Wah betul bocor. Maka Suparno dan Sulastri berjalan sambil menuntun sepeda motornya. “ Kang mungkin ini adalah ujian dari yang Maha Kuasa untuk selalu tabah menghadapi cobaan,” kata Sulastri. “ Ya dhik inilah hal yang harus kita lalui supaya kita tidak mudah putus asa dalam segal hal. Setelah menempuh perjalanan yang sangat melelahkan maka mereka menemukan tukang tambal ban. “ Assalmu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh,” salam Suparno pada bengkel tambal ban. “Wa’alaikum salam, ada mas ban bocor ya, sepertinya menuntunya terlalu jauh,” tanya Kang Paijan dengan penuh canda. “ Ya betul Pak kami menuntun sepeda agak jauh dari sini sampai kerngatku menguncur begina Pak,” jawab Suparno. Maka kang paijan menambal ban dengan mencongkel ban luarnya. Ternyata setelah dicongkel terdapat beberapa bagian ban yang bocor. “ Wah ini harus diganti Mas karena kalu ditambal lagi dikawatirkan nanti rawan bocor. Maka kang Paijan mengganti ban tersebut. Tidak terlalu lama Kang Paijan mengganti ban. Suparno dan Sulastri mengucapkan terima kasih atas pertolongan Kang Paijan sang tukang tambal ban. “ Bismillahirrahmanirrohim” doa dibaca oleh Suparno supaya dalam perjalanannya sampai tujuan denan dalam keadaan selamat.
Tepat pukul 09.00 mereka sampai di rumah sakit. Maka langsung saja diterima dokter Sujoko dan dipersilahkan untuk memeriksakan keadaan kesuburan Suparno dan Sulastri. Setelah mereka diperiksa Suparno dan Sulastri dipersilah menungu hasilnya. Mereka dengan sikap agak was-was menungu hasil dari pada pemeriksaan.
Sebentar lagi waktu solat dhuhur akan tiba. Mereka melangkahkan kakinya menuju masjid di lingkunan Rumah Sakit. Dengan munajat bersungguh-sungguh minta kepada Allah sampai air matanya keluar dan tak tersa sampi membasahi pipinya. “ Ya Allah mudahkanlah segala urusanku Ya Allah. Berilah kami keturunan untuk melestarikan keturunan, “ permohonan Suparno pada Yang Maha Kuasa. Denan mujahadah yang bersunguh-sunguh sampai meneteskan air mata maka sungguh besar dorongan hati mereka untuk sebuah penharapan. Mereka hanya percaya bahwa hamba yang mau berdoa kepada Sang Khaliq maka Allah memberiNya.
Suara adzan berkumandang. Berdatangan para mpencarikebutuhan batiniah dan pencerahahan jiwa untuk memenuhi pangila Allah Sang Pencipta. Mereka sibuk berwudlu untuk menunaikan sholat dhuhur berjamaah. Di Rumah sakit memang rata-rata pasien dan sang penunggunya adalah oran – oran yang usah. Dengan kesusahan dan cobaan itu mereka memintanya sangat bersungguh-sungguh. Ada yang berdoa minta supaya saudaranya cepat lekas sembuh dari sakitnya. Ada yang berdoa minta supaya istrinya melahirkan dengan selamat. Ada lagi yang minta supaya diberi anak. Ada lagi yang sudah putus asa. Tetapi dengan mendengar suara adzan dan mengambil air wudlu hati dan raga terasa segar.
Sholat dhuhur telah selesai dilaksanakan. Suparno dan Sulastri lalu bermujahaah bersama menangis kepada Allah supaya yang dinginkan dikabulkan-Nya. Dalam mujahadahnya tak terasa sudah satu jam rasanya dan diakhiri dengan doa. Dengan keyakinan yang tinggi sampai haqul yakin maka mudah-mudahan doa mereka dikabulkan oleh Allah. Maka dengan langkah yang pasti mereka menuju hasil pemeriksaan. “ Mas Suparno damn Mbak Sulastri tenyata hasil penelitian di laborat kami menunjukkan bahwa hasilnya bagus untuk Mas dan Mbak mempunyai anak,” kata dokter Sujoko. Maka Suparno dan Sulastri langsun melakukan sujud syukur atas berita menggembirakan ini. “ Terima kasih dokter atas bantuannya, “ kata Suparno dengan haru. Jawab dokter Sujoko,” Ya, sama-sama mudah-mudahan kalian cepat mendapat momongan dari yang Maha Kuasa.”
“ Amin Ya Robal Alamin, “jawab meeka berdua.
Dalam pejalan pulang perut mereka terasa keronconan maka Suparno mengajak istri tercintanya untuk membeli makanan di warung makan pinggir jalan. Dengan lahapnya mereka makan dan sungguh bersemangat. Orang kanan kirinya pada heran. “ Mas dan Mbak kelihatannya semangat sekali ada apa ya ? “ tanya orang yang berkumis. “ Ya saya hari ini sungguh bahagia mudah-mudahan
bapak-bapak sekalian juga bahagia selalu. “ jawab Suparno. Setelah selesai makan mereka membayarnya. Mereka berpamitan kepada pemilik warung dan pembeli semua. Motor dihidupkan dan menggelinding menyusuri jalanan yang bergelombang. Jalannya tidak mulus karena selama dua bulan terendam banjir. Walau di bagian lain sudah ada pengurukan dengan batu kecil dicampur dengan tanah tetapi menambah masalah baru yaitu debu-debu beterbangan sehingga menambah sesaknya napas.
Suparno dan Sulastri setelah tiga bulan dari pemeriksaan engan pola hidup sehat maka doa mereka terkabul oleh Allah. Istri tercintanya dinyatakan hamil oleh bidan desa. “ Dengan logika tes kehamilan dari urine Mbak Sulastri maka Mbak sekarang hamil.” kata Bu bidan Markamah. Sampai di rumah diceritakannya hasil tes kehamilannya kepada suaminya. Suparno sangat bahagia karena selama ini doanya kepada Allah dikabulkan. “ Alhamdulillah, “ kata Suparno dengan rasa syukur.
Tak terasa usia kandungan mereka sudah sampai tujuh bulan. Oleh orang tuanya diadakan acara adat Jawa yaitu tujuh bulanan. Pada acara ini diadakan selamatan untuk yang mengandung dan calon bayi yang ada dikandungan beserta keselamatan seluruh anggota keluarganya. Dalam selamatan ini juga diharapkan anak yang kan lahir nanti menjadi anak yang sholeh atau sholehah. Persiapan acara tujuh bulan sangat meriah sekali. Mbah Sastro yang sedikit bisa melukis diminta untuk menggambarkan wayang Janaka dan Dewi Sembadra pada kelapa muda sebagai sarana adat acara tersebut. Malam hari Suparno dan Sulastri dimandikan denan air kembang secara bergantian. Di mulai ayah dan ibundanya lalu dilanjutkan para saudara tua untuk memandikannya. Setiap mau menyiram didahului dengan berdoa lebih dahulu. Adat ini sungguh jarang terjadi karena banyak membutuhkan biaya. Biasanya untuk mensiasatinya dengan selamatan
kecil Tetapi bagi keluarga Suparno sebagai tanda syukur diadakan engan agak meriah.
“ Pak dokter bagaimana keadaan janin dalam kandungan saya?” tanya Sulastri penuh penasaran. “ Baik-baik saja dan sehat, usahakan Mbak Sulastri sering jalan – jalan di pagi hari dan banyak makan makanan yang bergizi dan yang tidak boleh ditinggalkan adalah selalu berdoa kepada Allah Yang Maha Pencipta.” jawab dokter Sujoko penuh semangat. Beliau adalah seorang dokter tetapi juga menguasai betul bidang agama. Setiap pasien yang datang selalu diberi nasehat yang di dalamnya selalu terkandung mutiara-mutiara hikmah sehingga sang pasien akan merasa terobati dan tersemangati.
Malam semakin larut hanya bunyi hewan malam yang terdengar. Sementara dari kejauhan terdengar nyanyian kidung yang dilantunkan melalui pengeras suara dari desa tetangga yang sedang mengadakan acara hajatan sepasar
pada bayi yang baru lahir. “ Kang Suparno mungkin aku akan melahirkan Kang, tolong panggilkan Bu Bidan.” Pinta Sulastri pada suaminya. Suparno pertama kali langsung minta tolong pada tetangga terdekat untuk menunggui istrinya. Kemudian ke rumah Bu Bidan. Tak berapa lama Bu Bidam sampai di rumah Suparno. Dengan kehendak Yang Maha Kuasa bayi laki-laki mungil nan lucu menghirup dunia nyata. “ Mbak Sulastri bayimu laki-laki gagah, tampan dan kelihatannya cerdas sekali,” kata Bu Bidan.
Pada acara selapanan bayinya Suparno mengundang kerabat sanak saudara untuk datang memberi doa restu pada bayinya. Acara penuh hikmat danmeriah. Pembacaan kitab Al Barjanji mengumandang sejak sore hari. Mereka bersholawat sambil membaca sejarah kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW. Dalam kesepatan itu bayinya digendong dan diajak masuk dalam arena pembacaan Al Barjanji. Muhammad Amin adalah nama bayi yang baru lahir.
PERJUANGAN MERAIH HARAPAN
Muhammad Amin sudah berumur 3 tahun tetapi tidak seperti anak-anak kebanyakan. Ia diberi kelebihan oleh Tuhan berupa kecerdasan. Dalam umur yang masih balita itu sudah bisa menghafal huruf latin. Ini adalah hal sangat menggembirakan bagi Ditambah lagi ia sudah bisa menghafal huruf hijaiyah atau huruf arab. Sewaktu ibunya sedang memberi pelajaran mengaji maka amin denan seksama mendengarkan dan ditanam dalam inatannya. Sewaktu pagi Muhammad Amin langsung membaca alif, ba , ta , tsa dan seterusnya sampai akhir.
Dalam keadaan yang yang begitu menyenangkan menambah rasa syukur Suparno dan Sulastri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Suparno berkata pada istrinya,” Inilah hikmah yang diberikan Tuhan kepada kita.”
Tidak terasa Mohammad Amin telah memasuki bangku Taman Kanak-kanak. Dalam kesempatan itu ibu guru Ati panggilan akrab dari Ibu Sumiati yang begitu sabar dan akrabnya membimbing kanak-kanak. Dalam ruang yang tidak terlaluluas suasanan dibangun Ibu Sumiati dengan suasana layaknya keluarga sendiri. Ibu guru yang mengajar sendirian harus berjuang ekstra sibuk untuk mengurusi anak sejumlah 20 anak. Warga Desa termasuk sudah ada kesadaran yang begitu mencengangkan.
“ Anak-anak coba kalian tunjukkan arah barat ! “ pinta Ibu Sumiati pada muridnya. “ Saya Bu bisa , ke sana.” jawab Endang si kecil yang suka rewel. “ Ha,ha, ha....salaaaah!” kata tematemannya serentak. “ Saya Bu Ati, ke sana .” kata Eko yang sering usil. Tak kalah Mohammad Amin dengan suara bocahnya menjawab,” Ke sana Bu.” Semua temannya bersorak membenarkannya. Bu guru Ati mengangguk – angguk tanda setuju. Bu Ati sungguh sangat bahagia karena sebagian besar muridnya bisa sesuai target pencapain pembelajaran. Seorang guru haruslah membuat tujuan pembelajaran yang dikemas dengan suasana yang
menyenangkan. Bu Ati terkenal guru yang sangat sabar sekali sehingga banyak orang tua yang senang pada cara Bu Ati mengajar.
Sampai di rumah orang Bu Ati istirahat sebentar lalu melamun jauh tentang anak didiknya di Taman Kanak-kanak. Bu Ati sungguh sangat sayang pada mereka sehingga walaupun sudah di rumah masih saja terpikir dibenaknya. Bu Ati memang belum juga dikaruniai anak. Nasib serupa pernah dialami oleh orang tua Muhammad Amin. Lamunannya seketika hilang tak kala suami tercintanya datang dari kota membeli pakaian untuk dijual lagi di pasar besok pagi.
“Assalamualikum......” salam Pak Hendro suami Bu Ati. “ Wa alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh.” Jawab Bu Ati agak terperanjat. Seketika itu juga lansung ingat surat yang disimpan di tasnya. Dibuka tasnya surat diambil dibacanya dengan seksama. Bu Ati berpikir kencang tentang informasi lomba yang baru dibacanya. Bu Ati minta pada suaminya untuk memecahkan persoalan yang dialaminya. “ Begini saja untuk menjawab pertanyaamu mari kita besama-sama mujahadah minta pentunjuk kepada Allah supaya pilihan kita nanti bisa tepat dan betul sesuai dengan kehendak Allah Ta’ala.” Cara seperti sering dilakukan oleh oleh keluarga mereka.
“Anak-anak besok hari Rabo minggu depan kalian ada yang saya kirim untuk lomba menghafal surat-surat pendek dari Alquran, bagi kalian yang nanti setelah dipilih Ibu berasarkan tes yang saya adakan mendapat peringkat tertingi maka akan saya kirim untuk mewakili TK kita ke tingkat Kecamatan.” kata Bu Ati dengan semangatnya. Seleksi dilaksanakan dengan baik. Dua puluh anak telah melaksanakan kegiatan tersebut. Memang sungguh melelahkan jiwa dan raga, tetapi semua itu bisa pupus karena adanya semangat menyala-nyala ingin menghantarkan masa depan anak didik dan TKnya. Tepat pukul 10.00 WIB maka
hasil penilaian diumumkan. Para orang tua murid berdegub jantungnya memikirkan siapa diantara anak-anak itu yang terpilih. Ternyata Muhammad Amin terpilih diantara teman-temannya. Langsung saja Sulastri menghampiri Bu Ati tanya tentang apa saja yang perlu dipersiapkan sekiranya bisa membantu. Bu Ati menyarankan supaya kalau di rumah Amin dilatih sesuai dengan bacaan yang benar. Sementara dari wakil putri tepilih anak yang bernama Banowati yang biasa dipanggil Wati. Bu Ely orang tua Wati juga mendekati Bu Ati tentang anaknya yang akan diikutsertakan dalam lomba tersebut.
Pada hari Rabo semua sudah siap di halaman masjid tempat yang sudah tertata rapi dengan desain gaya kanak-kanak. Gambar hewan dan badut sungguh sangat menyemarakkan acara ini. Kaligrafi Islam mewarni nuansa relegius kegiatan ini. Lagu-lagu anak-anak bernafaskan Islam dikumandangkan. Hari ini adalah lomba dalam rangka hari maulud nabi Muhammad SAW. Untuk mencintai dan meneladani sekap dan tingkah laku nabi pihak Kantor Urusan Agama begitu gigih melaksanakan kegiatan tersebut.
“ Bapak- bapak, Ibu-ibu guru, orang tua, kanak-kanaku dan hadirin semua mohon perhatiannya acara akan segera dimulai. Semuannya dimohon untuk bersiap-siap mengambil nomor undian.” kata salah satu panitia pada hadirin semua. Maka peserta mengambil nomor undian masing-masing. Nomor undian di pasang pada baju peserta. Sungguh semangat sekali mereka mengikuti acara tersebut. Nomor undi satu maju ke depan adalah peserta dari TK Tunas Bangsa desa Klampok. Semua terheran-heran mendengarkan bacaan anak tersebut. Lagu dan cengkok ucapannya nyaris sempurna. Semua hadirin yang kebanyakan adalah ibu-ibu diam seribu basa seperti kena daya setrum yang tinggi sehingga tak terasa walaupun berdesak-desakan.
Pada giliran nomor undi 7 dari TK Insan Cendekia wakilnya tak lain
adalah Banowati. Yang satu ini juga sungguh luar biasa nyaring dan merdunya. Semua mengucap Subhanallah ungkapan rasa kagum atas kepandaian Banowati yang di berikan oleh Yang Maha Kuasa. “ Bu, yang pertama itu tadi saya kira suara dan ucapan yang paling bagus ternyata yang ini Banowati sangat bagus lagi Maha Besar karunia Allah yang diberikan pada anak ini,” kata salah satu ibu yang ikut menyaksikan pada teman sampingnya.
“ Nomor undian 17 dimohon maju ke depan.” kata seorang panitia. Nomor 17 adalah Muhammad Amin. Muhammad Amin langsung maju ke depan. Dia tidak lupa mengucapkan bacaan basmallah dan salam yang dihaturkan pada penilai dan hadirin. Dengan suara yang merdu dan percaya diri Muhammad Amin membaca dan melagukan surat-surat pendek dari Alqur’an dengan benar. Pada waktu ini penonton semakin terheran-heran mendengarkan suara nan merdu dan membuat jiwa dan raga terasa terbawa melayang pada rasa yang sangat indah dan mengesankan. Kalau pada penampilan sebelumnya mereka sungguh terhibur dan terpesona oleh penampilan para peserta, untuk peserta kali ini mereka sungguh sangat terobati bahkan terbawa sampai merinding dan mengalirkan air mata. Mereka sungguh bersyukur atas karunia hari ini yang telah dilihat paa diri Muhammad Amin. Setelah selesai yang hadir memberi tepuk tangan yang sangat meriah.
Tepat pukul 10.00 WIB pengumuman hasil lomba dibacakan. Panitia membacakan perolehan juara. Pertama kali yang dibaca adalah juara III selanjutnya juara II dan yang terakhir juara I. “Peraih juara I putra pada kali ini adalah ananda Mohammad Amin dari TK Insan Cendekia, kepada yang dipanggil untuk menempatkan diri di depan untuk diberi hadiah.” kata tim yuri. Begitu juga untuk peserta putri yang meraih juara I adalah Banowati dari TK Insan
Cendekia pula. Bu Ati sungguh sangat bahagia sekali dan langsung saja melakukan sujud syukur atas karunia ini. Hadiah yang paling besar adalah karunia Tuhan Yang Maha Kuasa atas kebehasilan ini. Orang tua anak yang mendapat juara sungguh bahagia dan bangga atas perolehan juara dari anak mereka. Bagi peserta yang tidak mendapatkan juara juga dapat bingkisan menari berupa gambar-gambar perga sholat dan cara menjaga kebersihan. Dan yang paling penting dari mereka telah ikut memperingati hari kelahiran manusia teladan yaitu Nabi Muhammada SAW.
Pada akhir acara Kepala Kantor Urusan Agama berkenan memberikan sambutan. Dalam kesempatan ini beliau mengajak semua masyarakat terutama para hadirin selalu menjaga persatuan dan menjunjung nilai-nilai moral agama. Dengan berpegang pada nilai-nila moral agama maka semua berjalan dengan baik dan berkah. Dengan keberkahan maka akan menghasilkanmanusia yang berkualitas di bidang iman dan taqwa serta bidang pengetahuan teknologi. Pada kesempatan ini diumumkan juga TK yang mendapat juara I mendapatkan hadiah berupa uang sebesar lima juta rupiah. Hal ini yang tidak terpikirkan oleh para peserta. Bahkan panitia juga tidak menganggarkan dana seperti itu. Mereka juga sangat terperanjat. Guman mereka adalah ari mana uang sebanyak itu. Ternyata oleh Bapak Kepala KUA disampaikan bahwa uang tersebut untuk memberi motivasi pada penggerak pendidikan terutama TK untuk berlomba-lomba mendidik kanak-kanak untuk lebih semangat dan berprestasi. “ Ada diantara kalian yang tidak mau disebutkan namanya memberi sumbangan pada kalian peraih juara I, dan untuk lomba ke Insya Alloh akan ditambah lagi, mari kita mendoakan pada beliau semoga amal mereka mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.” kata Kepala KUA dengan nada meyakinkan. Semua bertanya-tanya siapa gerangan orang yang begitu baik menjadi penyumbang dana.
TK IDAMAN
Menjadi juara dalam suatu lomba adalah idaman setiap peserta maupun pelatih atupun yang bersinggungan dengannya. Apalagi bila juara itu dapat diraihnya dengan penuh kesungguhan maka hal yang sangat mengembirakan adalah sebuah persaan yang begitu mendalam dan bertambahnya rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Keluarga Bapak Suparno hari itu datang menemui Bu Ati di TK Insan Cendekia. Kedatangannya membuat sekolah penuh tanda tanya yang mendalam. Bu Ati bertanya,” Ada gerangan datang pagi-pagike sini Bapak dan Ibu ?” Pak Suparno menjawab,” Begini Bu Ati, kedatangan kami kesini menghaturkan terima sekali atas bimbingan Ibu anak kami bisa menjadi juara.” Jawab Bu Ati,” Oh.... itu, ya sama-sama, ini kan sudah kewajiban saya menjadi seorang guru, Pak.” Setelah berbincang agak lama maka Pak Suparno dan Bu Sulastri mengutarakan inti kedatangannya yaitu mengajak semua siswa TK Insan Cendekia untuk menghadiri syukuran atas keberhasilan yang diraih Muhammad Amin.
Semua sudah kumpul di rumah Pak Suparno dan Bu Ati pada hari Sabtu. Hari ini dipilih ole keluarga Pak Suparno karena setiap Sabtu biasanya anak diajak jalan-jalan mengenal lingkungan sekaligus mediauntuk olah raga dan rekreasi. Tapi kali ini kanak-kanak datang ke rumah Pak Suparno engan penuh keceriaan dan kebahagiaan. Di situ dihidangkan makanan kecil yang menarik hati anak untuk mencicipi makanan tersebut. “ Wah........sungguh mewah Bu, makanannya begitu banyak seperti ini.” celutuk Ibu Ita orang tua murid. Jawab Bu Sulastri,” Tidak ....apa-apa silakan makan, jangan sungkan-sungkan, biasa saja.”
Suasana begitu ceria, yang ibu-ibu bercengkerama sesama ibu-ibu sedangkan anak-anak asyik menikmati makanannya sambil berlari kesana kemari. Dalam acara tersebut hadirin semua diambil gambarnya satu persatu oleh tukang
potret. Pengambilan gambar selanjutnya besama-sama. Ada yang sedikit bergaya layaknya foto model. Anak itu sangat lincah dan suka bergaul serta bergaya. Dandanannya memang agak mengikuti mode, maklum ibunya adalah perias pengantis walaupun hanya tingkat desa. Sedangkan ibunya juga begitu minta difoto sendiri untuk kenang-kenangan.
Pada hari Senin kegiatan di Taman Kanak-kanak Insan Cendekia berjalan kemabali. Pada hariitu Ibu Ati kedatangan seorang tamu dari KUA. Kedatangan yaitu memohon Bu Ati untuk segera mencairkan dana hadiah di Bank BRI atau langsung di simpan dengan membuka rengkening TK. Bu Ati mengiyakan atas nasehat dan informasi tersebut. Bu Ati mengantarkan sampai ke halaman TK setelah utusan dari KUA itu mohon pamit.
Anugrah Tuhan memang tidak disangka-sangka. Setelah TK Insan Cendekia mendapatkan juara I baik putra maupun putri dan mendapat hadiah serta sumbangan uang sebesar lima juta rupiah sepertinya sumbangan lainnya pada menyusul. Ini semua yang menggerakan adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Kalau seseorang diberi karunia dan pandai menggunakan nikmat itu maka Tuhan akan menambah nikmat itu lagi. Tetapi bila manusia kufur nikmat maka Tuhan akan mencabut itu kembali. Ini mungkin jerih payah Bu Ati dan wali murid semua yang berusaha membuat TK kesayangannya menjadi TK yang Barokah.
Dalam kesempatan lain Bu Ati bertandang ke rumah kepala desa untuk minta pertuah tentang inisiatif Bu Ati untuk membangun TK Insan Cendekia menjadi bangunan yang layak pakai dan nyaman untuk kegiatan pembelajaran. Sebelumnya memang keadaannya baru berlantaikan tanah liat walaupun didingnya terbuat dari tembok tetapi banyak yang rusak, genting bocor, alat peraga yang kurang memadai. Bapak Kepala Desa memberi arahan jalan keluarnya. Kata Bapak Kades,” Saya akan membantu sekuat tenaga Bu.”
Kunjungan berikutnya pada hari yang berbeda adalah ke Kantor Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan. Dalam halini Bu Atui juga menceritakan maksud kedatangannya. Saran Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan bahwa akan diusulkan berupa bantuan untuk TK sebesar lima juta rupiah. “ Bu Ati kamimohon ikut berdoa semoga langkah saya ini dikabulkan oleh Tuhan.” kata Pak Kepala Cabang Dinas Pendidikan.”Memang kami sudah dengar bahwa anak didik Ibu banyak menjuarai dari pada kegiatan lomba, kami sangat berterima kasih sekali dan mohon kiranya ditingkatkan lagi, lain waktu saya ingin bertemu dengan kanak-kanak TK untuk kami beri motivasi.” Jawab Bu Ati,” Terima kasih Pak atas perhatiannya.”
Perjuangan yang gigih membuat harapannya semakin menjadi kenyataan. Pada hari Selasa tepat diadakan pembongkaran gedung TK yang sudah kuno dan tak layak pakai. Masyarakat dan wali murid bergotong royong ikut membongkar gedung tesebut. Suasana haru menyelimuti jiwa Bu Ati. Tidak mengira kalau akan begini. Masyarakat sungguh luar biasa jiwa kebersamaannya. Bu Ati ingat pepatah bersatu kita tegud bercerai kita runtuh. Pada hari ini Tuhan menunjukkan kekuaasaan-Nya tentang Kehendak-Nya. Bapak Kepala Cabang Dinas Pendidikan hadir. Begitu juga Bapak Kepala Desa ikut hadir. Suasana bertambah meriah bila para warga masyarakat yang ikut kerja bhakti mengeluarkan humor-himor segar.
Tepat pukul 10 pembongkaran usai. Kemudian oleh Bapak Kepala Cabang Dinas Pendidikan melakukan peletakan bautu pertama dilanjutkan Bapak Kepala Desa. Dalam kesempatan ini rupanya ada wali murid yan mengabadikan kegiatan tersebut dengan menggunakan kamera digitalnya yang selalu dibawanya. “ Wah ...ini kegiatan yang perlu diabadikan, sungguh langka kejadian ini.” celutuk Pak Sastro si tukang foto. Suasana ramai lagi ketika para ibu membawa nasi untuk makan siang. Perut sudah terasa lapar makanan datang memang asyik.
Walaupun gedung dibongkar dan dibangun tetapi kegiatan pembelajaran tetap berlangsung. Kegiatan di rumah Bapak Suparno ayah dari Muhammad Amin. Walaupun keadaan yang serba terbatas tetapi tetap baik dan lancar dalam pelaksanaannya. Kebetulan rumah bapak Suparno tidak terlalu jauh dari lokasi TK, sehingga tidak menurangi rasa betah anak-anak untuk dididik dalam permainan atau kegiatan yang lain. “ Jangan repot-repot Bu, tidak usah dibuatkan teh, nati tambah repot lho...!!!” kata Bu Ati. Jawab Bu Sulastri,” Ah, tidak ini kan cuma air saja.”
Dengan berbangga hati para pekerja dan warga saling bahu membahu dalam kerja bhakti membangun TK tercinta. Sistem yang digunakan adalah sistem gilir. Ada yang digilir tenaganya. Ada yang mendapatkan jadwal memberikan jajan untuk makanan rinan pukul 09.00. Begitu juga ada yang dijatah untuk memberikan makan siang hari dan sore hari. Masyarakat dengan suka rela apabila mendapatkan jatah untuk membuatkan makanan ringan atau untuk makan siang serta sore.
“ Lha ini ka Muhammad Amin, karena dia dan temannya TK ini mendapatkan bantuan yang cukup untuk membangun.” kata Kang Sarijan pada temannya. “ Betul, sehingga anak-anak kita ikut merasakan akibatnya, tetap[i akibat yang baik.” Kata Suparmin yang pandai menimpali bila ada temannya bicara. “ Inilah karunia Tuhan yang datang tanpa kita pikir sebelumnya. Ternyata kita semua belum seberapa bila dibandingkan dengan anak itu.”celutuk Sukarno.
Sudah 17 hari pekerjaan telah selesaia. Tinggal memasang keramik lantai dena warna warni sesuai dengan selera anak yang senang dengan warna-warni. Tiga hari lagi ada peresmian penggunaan gedung rencananya Bapak Bupati dan Ibu Wakil Bupati berkenan hadir untuk meresmikan TK percontohan supaya lebih semangat lagi sehingg yan lainnya bisa meniru sehingga anak bangsa bisa terpacu.
PERESMIAN GEDUNG YANG MENGHARUKAN
Semua sibuk mempersiapkan makanan rinan dan makan besar pada hari ini. Hari ini tepat hari Rabo akan diadakan peresmian penggunaan gedung oleh Bapak Bupati dan ibu Wakil Bupati. Masyarakat ingin tahu bagaimana wajah bupatinya. Sejak pagi yang sudah mempersiapkan makanan meeka memandikan anaknya lalu diri sendiri. Bapak-bapak yang sejak sore sudah menghias jalan dan lokasi peresmian meneruskannya pada pagi hari. Walau pukul 07.00 belum juga selesai tetapi sudah tampak semarak. Rencana peesmian akandilakukan tepat pukul 10.00WIB. Maka tidak mengherankan bila semua anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak bahkan nenek-nenek serta kakek-kakek juga ikut hadir.
Pada jalan masuk desa dipasang spanduk bertuliskan “ Selamat Datang Bapak dan Ibu Bupati dalam Peresmian TK Insan Cendekia”. Begitu juga umbul-umbul, rontek dan bendera merah putih menghiasi kanan kiri jalan. Tidak ketinggalan ada juru soting mengabadikan kegiatan ini. Semua ini tanpa terpikirkan oleh guru dan wali murid TK. Semua berjalan tanpa rencana. Rencana utama adalah peresmian TK di lokasi saja. Bu Ati bertanya-tanya. Dalam benaknya siapa yang menggerakkan. Ternyata semua yang melakukan ini merasa teerpanggil dan punya kewajiban dengan ikhlas untuk menyukseskan kegiatan yang langka ini.
Kebetulan TK Insan Cendekia wali muridnya adalah berbagai macam kalangan. Ada pemulung, petani, pedagang, pengusaha dan pegawai negeri. Dengan panggilan jiwanya dan dilandasi semangat untuk maju maka dengan persatuan semuanya akan berhasil denan baik. Tetapi semua itu tak lepas dari doa restu para sesupyh dan doa permohonan setiap pelakunya. Kata Kang Sugen,” Kalau kita mau besungguh-sunguh insya Allah akan berhasil.” Dari kegiatan tersebut terdapat suatu pelajaran betapa pentingnya persatuan dalam keberagaman.
“Yang terhormat Bapak Bupati.Yang terhormat Ibu Wakil Bupati. Yang terhormat Bapak Camat. Yang terhormat Bapak Kepala cabang Dinas Pendidikan beserta Bapak Pengawas TK / SD. Yang terhormat Bapak dan Ibu Kepala Desa . Yang terhormat Ibi Guru TK Insan Cendikia. Yang terhormat wali murid semuanya dan anak-anakku yang yang saya cintai dan saya banggakan.” Kata penghormatan pembawa acara. Acara sungguh sangat meriah. Pertama kali diawali dengan pembukaan. Selanjutnya adalah pembacaan ayat-ayat suci Alqur’an yang dibacakan oleh Banowati. Pada acara gebyar seni TK maka Muhammad Amin membacakan puisi dengan judul “ Guruku ”. Dalam pembacaannya dijiwai dengan mendalam sehingga banyak yang hadir ikut tenggelam dan masuk dalam suasana dalam puisi tersebut. Puisi dikarang oleh bapaknya Muhammad Amin. Pak Suparno mengarang puisi tersebut untuk mengenang jasa Bu Ati yang telah dengan sekuat tenaga medidik dan mengajari anak-anak menjadi lebih baik.
Guruku
Engkau bagai mentari
Dengan sinarnya
Menerobos semesta tanpa diminta
Bagai embun
Membasahi hati yang baru gersang
Mengugah jiwa untuk semangat
Aku terharu akan jiwamu
Wahai guruku
Semangat juangmu akan kutiru
Kutanam dalam kalbuku
Keterjemahkan dalam hidupku
“ Inilah acara yang sangat paling ditunggu-tunggu yakni peresmian TK Insan Cendekia denga wajah baru,” kata pembawa acara,” Kepada Bapak Bupati klami mohon berkenan meresmikan TK ini.” Pengguntingan pita warna warni menandai resmianya TK Insan Cendekia. Tepuk tangan meriah mengiringi peresmian tersebut. Sang juru shoting kesana-kemari mencari posisi yang tepat. Bapk Bupati dan Ibu Wakil Buparti masuk ruangan. Dengan nada yang mantap beliau sangat kagum pada ruangan TK. Sungguh lengkap sekali untuk ukuran TK ditingkat kota kecamatan yang kecil ini.
Bapak Bupati kemudian menuju arah podium. Beliau memberi sambutan,” Dengan bangga hati kami atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten memberi penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Bu Guru Ati dan segenap wali murid. Penghargaan kami, dengan ini kami wujudkan berupa uang sebesar lima juta rupiah. Mudah-mudahan uang sebesar ini bisa dimanfaatkan untuk kemajuan TK tercinta ini. Dan saya pribadi akan memberikan sekedar hadiah kepada ananda Muhammad Amin dan Banowati. Isinya bisa dibuka di rumah biar ada kejutan.”
Muhammad Amin dan Banowati maju ke depan dan menerima hadiah dari Bapak Bupati. Dengan prestasi mereka berdua dapat merasakan nikmat yang sangat mengesankan. Para hadirin terharu melihat kejadian ini. Hal itu tidak pernah terpikirkan oleh mereka. Banyak tanda tanya yang muncul dari lubuk hati mereka.
Siang itu suasana memang tampakmeriah sekali. Bahkan dari masyarakat desa lain ikut datang untuk sekedarmelihat wajah Bapak Bupati dan rombongan. Acara usai dilanjutkan dengan jabat tangan oleBapak Bupati dengan masyarakat yang hadir. Sungguh bangga mereka karena dapat bersalaman satu persatu. Ada yang menggendong anak tetapi beliau Bapak Bupati bahkan mengendong si kecil yang sedang tertawa sendirian. Bapak Bupati berkata,” Tolong dididik dengan baik ya.... semoga nanti jadi anak yang berguna !” Ya, Pak Bupati mohon doanya...Pak ! “ jawab ibu sang bayi. Bapak Bupati memang terkenal orang yang suka bergaul dengan siapa saja tidak memandang bulu. Dengan orang tua, muda, anak-anak, kaya, miskin semua di ajak bercengkerama dengan sopan dan supel serta humoris.
PANUTAN YANG AGAMIS
Tidak terasa bahwa 20 tahun telah berlalu begitu indahnya. Mohammad Amin menjadi pemuda yang tampan nan rupawan. Banyak prestasi yang dilakukan dan diraihnya. Mulai dari juara mengaji dengan tartil, qiroah, bahkan penetahuan agama disabetnya. Juara yang diraihnya bahkan sampai tingkat nasional. Itu belum lomba tingkat lembaga pendidikan. Wah semua diraihnya nyaris tanpa masalah.
Muhammad Amin punya obsesi bahwa semua kalau bisa akan diraihnya. Maka yang perlu dilaksanakan adalah mengawali dengan mencoba dan mencoba. Konsep yang dipakai adalah mencoba untuk kesempurnaan meraih sukses. Tidak menjadi harapannya bila ia ingin tampil yang membuat orang menjadi sakit hati. Maka jalan yang ditempuh adalah kehati-hatian.
Walaupun semua telah diraihnya dalam usia yan muda tetapi tidak membuat bangga bagi dirinya. Seperti ilmu padi semakin berisi semakin menunduk. “ Aku harus bisa menjiwai kehidupan ini”, katanya dalam hati. Seringkali dia dimintai saran dari teman-temanya baik kecil, muda, dewasa ataupun tua. Seperti ada semacam daya magnet pada dirinya. Suara yang santun dan berisi membuat orang jatuh terkesima dengan sikap santunnya.
Pada suatu ada pemiliha ketua karang taruna. Sebaian besar para hadirin minta supaya Muhammad Amin berkenan untuk menjadi pemimpinnya. Dalam musyawarah pembentukan pengurus secara mufakat memilih Muhammad Amin terpilih sebagai Ketua Karang Taruna. Dan denan hal tersebut dalam sambutannya setelah terpilih menajak semua lapisan pemuda pada khususnya dan warga masyarakat pada umumnya untuk menjaga persatuan dan kesatuan dlam mengarungi kehidupan. Semua hadirin diam tak bergeming sedikitpun. Dan dalam kiprah kepemimpinannya sungguh membuat kemajuan di segala bidang.
Dengan kemajuan akibat adanya karang taruna maka terciumlah kegiatan tersebut sampai di tingkat kecamatan. Lalu suatu hari Bapak Camat menghendaki datan pada desa Muhammad Amin. Ternyata Muhammad Amin diberi kelebihan Tuhan untukmmemimpin dan menggerakkan roda kehidupan yang harmonis dan berswemangat.
Semua angota masyarakat terkena imbasnya pada hal yang positif, baik segi ekonomi, kebersihan, tata krama dan lain sebagainya. Seperti desa ini patut menjadi pelopor bagi desa yang lainnya. Dan berkat itu semua Mohammad Amin diikutkan sebagai seleksi pemuda pelopor tinkat nasional. Dan dalam persentasinya yang disaksikan banyak orang di Jakarta Muhammad Amin dinobatkan sebagai Pemuda Pelopor Tingkat Nasional Juara I. Sungguh bangga Amin sekeluarga, bahkan desanya, kecamatannya, kabupatennya, sampai propinsinya. “ Alhamdulillah Allah memberikan semua permintaanku”, Ucap Amin dengan terharu.
Yang menjadi pemacu dan pegangan Muhammad Amin sebagai Ketua Karang Taruna adalah bisa menjadi teladan yang baik, bisa mendidik diri dan lingkungannya dan batrin jiwa yang prima.
Ini adalah pelajaran yang bisa kita petik untuk semuanya.
Ditulis di tapolwates desa jatilawang 2008
email :kastowojatilawang@yahoo.com
Web : jatilawang-tulisan.blogspot.com
pakdetowo.blogspot.com

Jumat, 08 Oktober 2010

BABAD

PANGERAN BENAWA

Setelah Sultan Hadi Wijaya (Jaka Tingkir) Sultan Pajang meninggal mestinya yang berhak menggantikan kedudukannya adalah Pangeran (sunan) Benowo, yang merupakan putera mahkota. Namun kenyataan berkata lain. Menurut Sunan Kudus, Aryo Pangiri lah yang berhak karena merupakan putra tertua meskipun putra menantu dan dia juga putera raja (Sunan Prawoto raja Demak). Oleh karena Sunan Kudus tetap berpegang pada pendapatnya, mak Pangeran Benowo harus rela menempati jabatan baru sebagai Bupat Jipang Panolan. Mungkin peristiwa ini yang disebut bahwa Pangeran Benowo Sakit Penggalihipun. Kemudian Aryo Pangiri dinobatkan sebagai raja Pajang, namun tidak berselang lama. Karena dalam kepemimpinannya banyak menyengsarakan rakyat sehingga tidak disukai rakyat dan banyak desakan maka Pangeran Benowo atas pertimbangan saudaranya, Senopati Sutowijoyo, merebut kembali kerajaan pajang dari tangan Aryo Pangiri dan berhasil. Aryo Pangiri kalah dan dikembalikan ke Demak bersama seluruh keluarganya. Selanjutnya Pangeran Benowo menduduki jabatan sebagai sultan namun hanya satu tahun kemudian digantikan oleh Senopati Sutowijoyo dan pemerintahan beralih menjadi Kerajaan Mataram.

Pangeran Benowo diyakini makamnya ada di dusun Maratapa Desa Wateshaji Kec. Pucakwangi, Kab. Pati Jawa Tengah Indonesia.setiap tanggal 11 Besar ( Dulhijah ) ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah. Tetapi di belakang masjid besar Demak juga ada makam Pangeran Benawa. Wallohu alam bisawab.