PERMENDIKBUD

Kamis, 23 Desember 2010

Artikel motivasi inovasi

MOTIVASI INOVASI

Oleh : Kastowojatilawang

Guru adalah sosok manusia yang diberi kemampuan lebih oleh Tuhan dari pada sang murid ( siswa ), karena mendapatkan pengetahuan lebih awal. Guru dalam proses pembelanjaran dituntut untuk kreatif dan inovatif. Ciri-ciri inovasi yang dikemukakan Rogers adalah sebagai berikut :

1. Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi menguntungkan bagi penerimannya.

2. Kompatibel ( compatibility ), yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai,pengalaman lalu dan kebutuhan dari penerima.

3. Kompleksitas (complexity), yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerimannya.

4. Trialibilitas (trialibility), yaitu dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerimanya.

5. Dapat diamati (observability), yaitu mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi.

Maka dari pada itu supaya pembelajaran menarik perlu inovasi kreatif dalam segala lini pembelajaran mulai dari perencanaan pembelajaran, metode yang variatif, sikap yang santai tetapi serius. Ini akan membuahkan output yang positif pula dan maksimal. Terutama sebagai pendukung pembelajaran yang komunikatif dan apresiatif adalah penggunaan alat peraga ( media pembelajaran ).

Dalam dunia yang semakin berkembang dengan cepatnya kita dituntut untuk menyelaraskan teknologi positif dalam setiap gerak nadi kehidupan. Terutama kita harus dituntut untuk melek teknologi. Kita jangan hanya menjadi penikmat tehnologi saja tetapi yang lebih penting adalah aplikasi positif dari teknologi itu sendiri. Guru yang melek IT ( informasi teknologi ) diharapkan dapat memperkaya khasanah kebudayaan pengetahuan. Mengapa demikian karena tuntutan jaman sudah mengejolak sampai begitu dahsyatnya.

Inovasi

Macam inovasi dari aplikasi teknologi antara lain penggunaan televise, radio, tape recorder, computer. Dan yang terakhir ini bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran yang sangat efektif. Komputer dengan beberapa sofwer maka kita bisa memperkaya pengetahuan dan pembuatan bahan ajar serta media yang baik. Inovasi yang bisa dibuat antara lain CD pembelajaran untuk VCD/DVD player conec televisi, CD pembelajaran interaktif untuk komputer. Dan tidak ada hal yang tak bisa dilakukan bila kita mau mencoba, mencoba, dan mencoba.

CD Pembelajaran Interaktif

Pembuatan CD pembelajaran interaktif bisa dimulai dengan sofwer yang mudah dahulu dari setiap komputer pasti ada yaitu power point. Kita bisa membuat materi dengan cara yang mudah mulai dari design sampai costum animasi semua bisa di buat disini. Dan yang sangat menarik ada hiperlink. Dengan hiperlink kita bisa menyembunyikan materi. Dengan button yang ada tinggal di klik maka akan tampil dari data atau materi yang tersembunyi.

Setelah semua jadi maka kita buat save power point presentation dan show power point. Dan bila siswa dengan panduan dari CD tersebut tanpa gurupun dapat mengerjakan tugas-tugas materi yang diberikan.

Dan yang perlu diperhatikan pada komputer harus ada sofwer burn, misalkan dari nero. Setelah dibakar ( burn ) maka anak –anak bisa memakai. Sangat menyenangkan dan hasilnya bagus. Seperti yang pernah penulis lakukan pada bulan Desember 2008. Tingkat ketuntasan anak-anak di atas 80 %.

Motivasi

Hal yang perlu disambut gembira oleh pengguna teknologi adalah kita tidak usah pergi ke toko buku, perpustakaan atau tempat lain yang mebutuh waktu, tenaga dan biaya. Dengan biaya yang relatif murah ( terjangkau ) para guru bisa mengakses kebutuhan kita yang berhubuingan dengan pendidikan. Dari yang tingkat sederhana sampai ke tingkat yang paling sulit.

Kita tinggal berhadapan dengan komputer maka segala data lewat International Network ( internet ) semua bisa kita dapat. Inilah yang menjadi semangat kita untuk melaju pesat secepat pesatnya perkembangan teknologi. Kita tingal klik monzila atau sejenisnya dan menulis mesin pecari data dengan gogle atau yahoo lalu kita tulis maksud kita maka disitu banyak pilihan untuk mengakses data. Tidak ada pengetahuan yang sia-sia. Semua diciptakan Tuhan untuk doeksplorasi dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk manusia.

Untuk internet yang sekarang ini walau tak ada jaringan telepon kabel kita bisa menggunakan jaringan seluler. Dan yang baru ngetrend dan hanya setiap bulan mengeluarkan dana yang terjangkau sepanjang hari dapat mendapatkan data-data internet tapa henti. Dan yang tak kalah pentingnya bahwa BOS mulai tahun ini naik. Maka hal ini dapat dimanfaatkan untuk pemberdayaan pendidik dan anak didik.

Kita terutama kalangan aktivis pendidikan janganlah berpangku tangan tetapi marilah berkembang maju mengkonstruktif kehidupan pendidikan diisi dengan berbagai inovatif kreatif positif dan aplikatif.

Bila kita mau sedikit maju maka Tuhan akan memberi balasan yang setimpal, percayalah.

By :

Kastowojatilawang

e-mail : kastowojatilawang@yahoo.com

Web : http://jatilawang-tulisan.blogspot.com

Minggu, 12 Desember 2010

FILSAFAT PENDIDIKAN : ALIRAN PERENIALISME

ALIRAN PERENIALISME

A. Pendahuluan


Filsafat dan filosof berasal dari kata Yunani “philosophia” dan “philosophos”. Menurut bentuk kata, seorang philosphos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Sebagian lain mengatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran. Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai peranan yang sangat besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan hidup itu menentukan arah dan tujuan proses pendidikan.
Filsafat dan pendidikan memiliki hubungan yang erat, karena pada hakekatnya pendidikan adalah proses pewarisan dari nilai-nilai filsafat. Dalam pendidikan diperlukan bidang filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan sendiri adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya.


Ajaran filsafat adalah hasil pemikiran filosofis tentang sesuatu secara fundamental. Dalam memecahkan persoalan masing-masing filosofis akan menggunakan teknik atau pendekatan yang berbeda, sehingga melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh latar belakang pribadi filosofis tersebut, pengaruh zaman, kondisi atau alam pikiran para filosofis. Dari perbedaan itu kemudian lahirlah aliran-aliran atau sistem filsafat. Beberapa aliran atau mazhab dalam filsafat antara lain seperti materialism, idealism, realisme, pragmatisme, dan lain-lain. Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat sehingga aliran dalam filsafat pendidikan sekurang-kurangnya sebanyak filsafat itu sendiri. Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu Filsafat pendidikan “progresif” yang diidukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantik naturalisme dari Roousseau dan filsafat pendidikan “ Konservatif”, yang didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius. Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme, perenialisme,dan sebagainya.
Perenialisme merupakansuatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekel, atau selalu. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. perenialisme menentang pandangan progresifisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.
Dalam pendidikan, kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta membahayakan tidak ada satupun yang lebih bermanfaat dari pada kepastian tujuan pendidikan, serta kesetabilan dalam perilaku pendidik. Mohammad Noor Syam (1984) mengemukaan pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannyapada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme memendang pendidikansebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang dalam kebuyaan ideal.

B. Tempat Asal Aliran Perenialisme Dikembangkan

Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka perenialisme memberikan jalan keluur yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Untuk itulah pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh

. Jelaslah bila dikatakan bahwa pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kepada masa lampau, karena dengan mengembalikan keapaan masa lampau ini, kebudayaan yang dianggap krisis ini dapat teratasi melalui perenialisme karena ia dapat mengarahkan pusat perhatiannya pada pendidikan zaman dahulu dengan sekarang. Perenialisme rnemandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktek bagi kebuoayaan dan pendidikan zaman sekarang.

Dari pendapat ini sangatlah tepat jika dikatakan bahwa perenialisme memandang pendidikan itu sebagai jalan kembali yaitu sebagai suatu proses mengembalikan kebudayaan sekarang (zaman modern) in terutama pendidikan zaman sekarang ini perlu dikembalikan kemasa lampau. Perenialisme merupakan aliran filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, di mana susunannya itu merupakan hasil pikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap yang tegas dan lurus. Karena itulah perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat khususnya filsafat pendidikan. Setelah perenialisme menjadi terdesak karena perkembangan politik industri yang cukup berat timbulah usaha untuk bangkit kembali, dan perenialisme berharap agar manusia kini dapat memahami ide dan cita filsafatnya yang menganggap filsafat sebagai suatu azas yang komprehensif Perenialisme dalam makna filsafat sebagai satu pandangan hidup yang bcrdasarkan pada sumber kebudayaan dan hasil-hasilnya.


C. Tokoh-tokoh Perenialisme

AristotelesFilsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosophia Perenis. Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri, kemudian didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan reformer utama dalam abad ke-13. Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukanlah nostalgia (rindu akan hal-hal yang sudah lampau semata-mata) tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang.

Jadi sikap untuk kembali kemasa Iampau itu merupakan konsep bagi perenialisme di mana pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang ini.


PlatoAsas-asas filsafat perenialisme bersumber pada filsafat, kebudayaan yang mempunyai dua sayap, yaitu perenialisme yang theologis yang ada dalam pengayoman supermasi gereja Katholik, khususnya menurut ajaran dan interpretasi Thomas Aquinas, dan perenialisme sekular yakni yang berpegang kepada ide dan cita filosofis Plato dan Aristoteles.
Pendapat di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan H.B Hamdani Ali dalam bukunya filsafat pendidikan, bahwa Aristoteles sebagai mengembangkan philosophia perenis, yang sejauh mana seseorang dapat menelusuri jalan pemikiran manusia itu sendiri. ST. Thomas Aquinas telah mengadakan beberapa perubahan sesuai dengan tuntunan agama Kristen tatkala agama itu datang. Kemudian lahir apa yang dikenal dengan nama Neo-Thomisme. Tatkala Neo-Thomisme masih dalam bentuk awam maupun dalam paham gerejawi sampai ke tingkat kebijaksanaan, maka ia terkenal dengan nama perenialisme.


Pandangan-pandangan Thomas Aquinas di atas berpengaruh besar dalam lingkungan gereja Katholik. Demikian pula pandangan-pandangan aksiomatis lain seperti yang diutarakan oleh Plato dan Aristoteles. Lain dari itu juga semuanya mendasari konsep filsafat pendidikan perenialisme. Neo-Scholastisisme atau Neo-Thomisme ini berusaha untuk menyesuaikan ajaran-ajaran Thomas Aquinas dengan tuntutan abad ke dua puluh. Misalnya mengenai perkembangan ilmu pengetahuan cukup dimengerti dan disadari adanya. Namun semua yang bersendikan empirik dan eksprimentasi hanya dipandang sebagai pengetahuan yang fenomenal, maka metafisika mempunyai kedudukan yang lebih penting. Mengenai manusia di kemukakan bahwa hakikat pengertiannya adalah di tekankan pada sifat spiritualnya. Simbol dari sifat ini terletak pada peranan akal yang karenanya, manusia dapat mengerti dan memaham'i kebenaran-kebenaran yang fenomenal maupun yang bersendikan religi (Bamadib, 1990: 64-65). Jadi aliran perenialisme dipakai untuk program pendidikan yang didasarkan atas pokok-pokok aliran Aristoteles dan S.T Thomas Aquinas. Tokoh-tokoh yang mengembangkan ini timbul dari lingkungan agama Katholik atau diluarnya.

D. Pandangan Perenialisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan


Ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi menurut perenialisme, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang bersifat analisa. Jadi dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan melalui akal pikiran. Menurut epistemologi Thomisme sebagian besarnya berpusat pada pengolahan tenaga logika pada pikiran manusia. Apabila pikiran itu bermula dalam keadaan potensialitas, maka dia dapat dipergunakan untuk menampilkan tenaganya secara penuh. Jadi epistemologi dari perenialisme, harus memiliki pengetahuan tentang pengertian dari kebenaran yang sesuai dengan realita hakiki, yang dibuktikan dengan kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan menggunakan tenaga pada logika melalui hukum berpikir metode dedduksi, yang merupakan metode filsafat yang menghasilkan kebenaran hakiki, dan tujuan dari epistemologi perenialisme dalam premis mayor dan metode induktifnya sesuai dengan ontologi tentang realita khusus.


Menurut perenialisme penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Prinsip-prinsip pertama mampu mempunyai penman sedemikian, karena telah memiliki evidensi diri sendiri. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal faktor-faktor dengan pertautannya masing-masing memahami problema yang perlu diselesaikan dan berusaha untuk men gadakan penyelesaian masalahnya. Dengan demikian ia telah mampu mengembangkan suatu paham.


Anak didik yang diharapkan menurut perenialisme adalah mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran tokoh-tokoh besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol dalam bidang-bidang seperti bahasa dan sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam dan lain-lainnya, telah banyak yang mampu memberikan ilmunisasi zaman yang sudah lampau.
Dengan mengetahui rulisan yang berupa pikiran dari para ahli yang terkenal tersebut, yang sesuai dengan bidangnya maka anak didik akan mempunyai dua keuntungan yakni:
1. Anak-anak akan mengetahui apa yang terjadi pada masa lamp au yang telah dipikirkan oleh orang-orang besar.


2. Mereka memikirkan peristiwa-peristiwa penting dan karya­karya tokoi1 terse but untuk diri sendiri dan sebagai bahan pertimbangan (reverensi) zaman sekarang.
Jelaslah bahwa dengan mengetahui dan mengembangkan pemikiran karya-karya buahpikiran para ahli tersebut pada masa lampau, maka anak-anak didik dapat mengetahui bagaimana pemikiran para ahli terse­but dalam bidangnya masing-masing dan dapat mengetahui bagaimana peristiwa pada masa lampau tersebut sehingga dapat berguna bagi diri mereka sendiri, dan sebagai bahan pertimbangan pemikiran mereka pada zaman sekarang ini. Hal inilah yang sesuai dengan aliran filsafat pereni­alisme tersebut.


Tugas utama pendidikan adalah mempersiapkan anak didik ke arah kemasakan. Masak dalam arti hidup akalnya. ladi akal inilah yang perlu mendapat tuntunan ke arah kemasakan tersebut. Sekolah rendah memberikan pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis dan berhitung anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan yang lain. Sekolah sebagai tempat utama dalam pendidikan yang mempersiapkan anak didik ke arah kemasakan melalui akalnya dengan memberikan pengetahuan. Sedangkan sebagai tugas utama dalam pendidikan adalah guru-guru, di mana tug as pendidikanlah yang memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak didik. Faktor keberhasilan anak dalam akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.


Adapun mengenai hakikat pendidikan tinggi ini, Robert Hutchkins mengutarakan lebih lanjut, bahwa kalau pada abad pertengahan filsafat teologis, sekarang seharusnya bersendikan filsafat metafisika. Filsafat ini pada dasarnya adalah cinta intelektual dari Tuhan. Di samping itu, dikatakan pula bahwa karena kedudukan sendi-sendi tersebut penting maka perguruan tinggi tidak seyogyanya bersifat utilistis. Dari ungkapan yang diutarakan oleh Robert Hutchkins di atas mengenai hakikat pendidikan tinggi itu, jelaslah bahwa pendidikan tinggi sekarang ini hendaklah berdasarkan pada filsafat metafisika yaitu filsafat yang berdasarkan cinta intelektual dari Tuhan. Kemudian Robert Hutchkins mengatakan bahwa oleh karena manusia itu pada hakikatnya sama, maka perlulah dikembangkan pendidikan yang sama bagi semua orang, ini disebut pendidikan umum (general education). Melalui kurikulum yang satu serta proses belajar yang mungkin perlu disesuaikan dengan sifat tiap individu, diharapkan tiap individu itl! terbentuk atas dasar landasan kejiwaan yang sama.


E. Pandangan dan Sikap tentang Aliran Perenialisme


1. Pandangan secara Ontologi


Ontologi perennialisme terdiri dari pengertian-pengertian seperti benda individuIl, esensi, aksiden dan substansi. Perennialisme membedakan suatu realita dalam aspek-aspek perwujudannya menurut istilah ini. Benda individual disini adalah bend a sebagaimana nampak diha­dapan manusia dan yang ditangkap dengan panca indera seperti batu, lembu, rumput, orang dalam bentuk, ukuran, warna dan aktifitas tertentu.


Misalnya bila manusia ditinjau dari esensinya adalah makhluk berpikir. Adapun aksiden adalah keadaan-keadaan khusus yang dapat berubah-ubah dan yang sifatnya kurang penting dibandingkan dengan esensial, misalnya orang suka bermain sepatu roda, atau suka berpakaian bagus, sedangkan substansi adalah kesatuan dari tiap-tiap individu, misalnya partikular dan uni versal, ma­terial dan spiritual.


Jadi segala yang ada di alam semesta ini seperti halnya manusia, batu bangunan dasar, hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya mem­pakan hal yang logis dalam karakternya. Setiap sesuatu yang ada, tidak hanya merupakan kambinasi antara zat atau bend a tapi merupakan unsur patensiaJitas dengan bentuk yang merupakan unsur aktualitas sebagaimana yang diutarakan aleh Aristateles tetapi ia juga merupakan sesuatu yang datang bersama-sama dari sesuatu "apa" yang terkandung dalam inti (essence) dan potensialitas dengan tindakan untuk "berada" yang merupakan unsur aktualitas sebagaimana yang diungkapkan oleh ST. Thomas Aquinas.


Uraian di atas sejalan dengan apa yang dikatakan I.R Poedjawijatna bahwa esensi dari pada kenyataan itu adalah menuju ke arah aktualitas, sehingga makin lama makin jauh dari patensialitasnya. Bila dihubungkan dengan manusia, maka manusia itu setiap waktu adalah patensialitas yang sedang berubah menjadi aktualitas. Misalnya meskipun manusia dalam hidupnya jarang dikuasai oleh sifat eksistensi kemanusiaan, tidak jarang pula dimilikinya akal, perasaan dan kemauan­nya, Schula ini dapat dikurangi. Hal-hal yang bersifat partikular yang merintangi kehidupan dapat diatasi. Maka dengan peningkatan suasana hidup spiritual ini manusia dapat makin mendekatkan diri kepada gerak yang tanpa gerak itu, ialah tujuan dan bentuk terakhir dari segalanya.


Jadi dengan demikian bahwa segala yang ada di alam ini terdiri dari materi dan bentuk atau badan dan jiwa yang disebut dengan substansi, bila dihubungkan dengan manusia maka manusia itu adalah patensialitas yang di dalam hidupnya tidak jarang dikuasai oleh sifat eksistensi keduniaan, tidak jarang pula dimilikinya akal, perasaan dan kemauannya semua ini dapat diatasi. Maka dengan suasana ini manusia dapat bergerak untuk menuju tujuan (teleologis) dalam hal ini untuk mendekatkan diri pada supernatural (Tuhan) yang merupakan pencipta manusia itu sendiri dan merupakan tujuan akhir.

2. Pandangan Epistemologis Perennialisme

Perenialisme berpendapat bahwa segala sesuatu yang dapat diketahui dan merupakan kenyataan adalah apa yang terlindung pada kepercayaan. Kebenaran adalah sesuatu yang menunjukkan kesesuaian an tara pikir dengan benda-benda. Benda-benda disini maksudnya adalah hal-hal yang adanya bersendikan atas prinsip-prinsip keabadian. lni berarti bahwa perhatian mengenai kebenaran adalah perhatian mengenai esensi dari sesuatu. Kepercayaan terhadap kebenaran itu akan terlindung apabila segala sesuatu dapat diketahui dan nyata. Jelaslah bahwa penge­tahuan itu inerupakan hal yang sangat penting karena ia merupakan pengolahan akal pikiran yang konsekuen.
Menurut perenialisme filsafat yang tertinggi adalah ilmu metafisika. Sebab science sebagai ilmu pengetahuan menggunakan metode induktif yang bersifat analisa empiris kebenarannya terbatas, relatif atau kebenaran probability. Tetapi filsafat dengan metode deduktif bersifat anological analysis, kebenaran yang dihasilkannya bersifat self evidence universal, hakiki dan berjalan dengan hukum-hukum berpikir sendiri yang berpangkal pada hukum pertama, bahwa kesimpulannya bersifat mutlak asasi.

3. Pandangan Aksiologi Perennialisme

Perenialisme memandang masalah nilai berdasarkan azas-azas supernatural, yakni menerima universal yang abadi. Dengan azas seperti itu, tidak hanya ontologi dan epistemologi yang didasarkan atas prinsip teologi dan supernatural, melainkan juga aksiologi. Khususnya dalam tingkah laku manusia, maka manusia sebagai subyek telah memiliki potensi-potensi kebaikan sesuai dengan kodratnya, di samping itu adapula kecenderungan-kecenderungan dan dorongan-dorongan kearah yang tidak baik.

Masalah nilai itu merupakan hal yang utama dalam perenialisme, karena ia berdasarkan pada azas-azas supernatural yaitu menerima universal yang abadi, khususnya tingkah laku manusia. Jadi hakikat manusia itu yang pertama-tama adalah pada jiwanya. Oleh karena itulah hakekat manusia itu juga menentukan hakikat perbuatan-perbuatannya, dan persoalan nilai adalah persoalan spiritual. Dalam aksiologi, prinsip pikiran itu bertahan dan tetap berlaku. Secara etika, tindakan itu ialah yang bersesuaian dengan sifat rasional seorang manusia, karena manusia itu secara alamiah condong kepada kebaikan.

Jadi manusia sebagai subyek dalam bertingkah laku, telah memiliki potensi kebaikan sesuai dengan kodratnya, di samping adapula kecenderungan-kecenderunngan dan dorongan-dorongan kearah yang tidak baik. Tindakan yang baik adalah yang bersesuaian dengan sifat rasional (pikiran) manusia. Kodrat wujud manusia yang pertama-tama adaJah lercermm dari jlwa dan pikirannya yang disebut dengan kekuataJl potensial yang membimbing tindakan manusia menuju pada Tuhan at au menjauhi Tuhan, dengan kata lain melakukan kebaikan atau kejahatan, Kebaikan tertinggi adalah mendekatkan diri pada Tuhan sesudah tingkatan ini baru kehidupan berpikir rasional.

Dalam bidang pendidikan perennialisme sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokohnya, seperti Plato, Aristoteles dan Thomas Aquinas. Menurut Plato, manusia secara kodrat memiliki tiga potensi yaitu nafsu, kemauan dan pikiran, Pendidikan hendaknya berorientasi pada potensi itu dan kepada masyarakat, agar supaya kebutuhan yang ada pada setiap lapisan masyarakat bisa terpenuhi.

Dengan demikian jelaslah bahwa perenialisme itu rnenghendaki agar pendidikan disesuaikan dengan keadaan manusia yang mempunyai nafsu, kemauan dan pikiran sebagaimana yang dimiliki secara kodrat. Dengan memperhatikan hal ini, maka pendidikan yang berorientasi pada potensi dan masyarakat akan dapat terpenuhi. Ide-ide Plato ini kemudian dikembangkan oleh Aristoteles dengan lebih mendekatkan kepada dunia kenyataan, Bagi Aristoteles tujuan pendidikan adalah "kehahagiaan". Untuk mencapai pendidikan itu, maka aspek jasmani, emosi dan intelek harus di kembangkan secara seimbang. Sejalan dengan uraian di atas, Zuhairini Arikunto juga berpendapat dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, mengatakan tujuan pendi­dikan yang dikehendaki oleh Thomas Aquinas ialah sebagai usaha mewujudkan kapasitas yang ada dalam individu agar menjadi aktualitas, aktif dan nyata, Oalam hal ini peranan guru adalah mengajar dan memberikan bantuan pada anak didik untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya.

Menurut Robert Hutchkins bahwa manusia adalah animal rasionale, maka tujuan pendidikan adalah mengembangkan akal budi supaya anak didik dapat hidup penuh kebijaksanaan demi kebaikan hidup itu sendiri. Oleh karenanya tujuan pendidikan di sekolah perlu sejalan dengan pandangan dasar di atas, mempertinggi kemampuan anak untuk memiliki akal sehat. Dapatlah disimpulkan bahwa tujuan dari pada pendidikan yang hendak dicapai oleh para ahli tersebut di atas adalah untuk mewujudkan agar anak didik dapat hidup bahagia demi kebaikan hidupnya sendiri. Jadi dengan akalnya dikembangkan maka dapat mempertinggi kemam­puan akal pikirannya. Dari prinsip-prinsip pendidikan perenialisme tersebut maka perkembangannya telah mempengaruhi sistem pendidikan modern, seperti pembagian kurikulum untuk sekolah dasar, menengah, perguruan tinggi.

Daftar Pustaka :

Dewey. J (1964). Democracy in Education. Newyork: The Mc Millan Company.

Henderson, Stella van Petten, 1959. Introduction to Philosophy of Education. Chicago: The University of Chicago Press.

Mudyahardjo, R., (2001). Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Power, E. J. (1982). Philosophy of Education. NewJersey: Prentice Hall Inc.

Sadulloh, U. (2004). Pengantar Pilsafat Pendidikan. Bandung: Alpabeta.

makalah MBS

Manajemen Berbasis Sekolah

oleh

Kastowo, S.Pd

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesadaran pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan upaya meningkatkan kualitas hidup manusia pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, serta merubah perilaku, serta meningkatkan kualitas hidup ( Nanang Fattah , 2005 : 1.2 ).

Pada kenyataannya pendidikan bukan suatu upaya sederhana, melainkan kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan selalu berubah seiring perubahan jaman. Pendidikan tidak hanya menyangkut investasi dan kondisi kehidupan yang akan datang, melainkan menyangkut kondisi dan suasana kehidupan saat ini. Maka pendidikan memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat.

Sekolah sebagai institusi( lembaga ) pendidikan yang merupakan wadah tempat proses pendidikan memiliki sistem komplek dan dinamis. Sekolah bukan hanya tempat berkumpul guru dan murid tetapi sekolah berada dalam satu tatanan yang rumit dan berkaitan. Maka sekolah perlu suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan. Kegiatan inti yang akan dicapai adalah mengahasilkan lulusan yang berkualitas tinggi sesuai dengan tuntuan kebutuhan masyarakat.

Dalam pengelolaan sekolah di SD Terteg Kecamatan Pucakwangi banyak kendala yang perlu keseriusan untuk menanganinya. Fokus utama dan pertama adalah pemberdayaan intern guru. Karena guru sebagai subyek pembentuk jiwa dan karakter anak didik. Dengan memberdayakan subyek maka diharapkan subyek ( guru ) bisa mentransfer dan membentuk sesuai tujuan pendidikan yang meliputi ranah kognitif, psykomotor dan afektif. Penanganan kondisi pada jiwa karakter guru perlu penangan serius, hati-hati dan bijaksana. Ada sebagian masyarakat cenderung memberi label guru yang kurang bisa digugu dan ditiru. Maka konsep yang digunakan adalah pola kemitraan yang membangun.

Pemberdayaan sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ) yang intinya memberikan kewenangan dan pendelegasian kewenangan ( delegation of authority ) kepada sekolah untuk melakukan pebaikan dan peningkatan kualitas berkelanjutan ( quality continous improvement ). Menurut MBS pengelolaan sekolah yang memberi kekuasaan kepala sekolah untuk merancang dan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk perbaikan kinerja sekolah. Tetapi pada kenyataannya banyak kendala. Kendala-kendala itu disikapi dengan pola kebijaksaanaan dengan harapan untuk meminimalkan problematika.

Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah juga menjadi kendala sehingga meningkatkan penurunan perolehan jumlah siswa sebagai pendaftar siswa baru sehingga juga mengganggu aktifitas roda institusi sekolah. Murid dengan jumlah jauh dibawah standar menyebabkan motivasi anak didik juga menurun. Kesulitannya lagi terjadi kegiatan adu prestasi di tingkat kecamatan maka yang terjadi adalah perolehan hasil lomba yang kurang memuaskan. Tetapi walaupun begitu sebagai kepala sekoah sebagai top leader di tingkat sekolah mencoba mengelola hal seperti itu dengan penuh kejelasan dan aplikatif positif.

Sarana kegiatan pembelajaran yang kurang sesuai kebutuhan juga menambah rentetan permasalahan. Mulai dari hal kurang kebersihan, sanitasi dan kebersihan halaman serta ruang sekolah. Dampak yang timbul adalah ketidaknyamanan dalam belajar. Sehingga hasil yang dicapai juga kurang optimal.

Menimbulkan rasa kepercayaan masyarakat adalah hal yang terpenting tanpa memperkeruh suasana. Suasana yang dibangun adalah suasana yang kooperatif dan kondusif sehingga terwujudnya kerjasama yang harmonis untuk meraih program pendidikan di sekolah.

B. Permasalahan

Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka muncul permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah strategi yang ditempuh dalam pelaksanaan pengelolaan SD Terteg ?

2. Bagaimanakah cara membangun perencanaan mutu SD Terteg ?

3. Bagaimana hasil yang dicapai dalam aplikasi dari strategi dan perencanaan mutu yang ditempuh ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Memberi gambaran pola strategi pelaksanaan pengelolaan sekolah.

2. Memberi gambaran cara membangun perencanaan mutu.

3. Memberi ilustrasi tentang hasil aplikasi pola strategi pengelolaan sekolah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Strategi Pengelolaan Sekolah

1. Konsep strategi

Strategi adalah langkah-langkah yang sistematis dan sistemik dalam melaksanakan rencana secara menyeluruh ( makro) dan berjangka panjang dalam pencapaian tujuan.

Di bawah ini terdapat table tipe sekolah berdasarkan lima persyaratan :

Tipe Sekolah

Syarat I

Pemilihan Kepala Sekolah dan Guru

Syarat 2

Bentuk Partisipasi Masyarakat

Syarat 3

Kemampuan Dasar

Syarat 4

Kemampuan Pengadaan Dana

Syarat 5

Nilai Ujian Akhir

1.Tipe penuh

Dipilih karena memiliki ketrampilan

Partisipasi masyarakat besar

Pendapatan daerah tinggi

Tak tergantung pada pemerintah

Tinggi

2.Tipe menengah

Dipilih karena memiliki ketrampilan

Partisipasi masyarakat cukup besar

Pendapatan daerah sedang

Tergantung pada pemerintah

Sedang

3.Tipe minimal

Dipilih karena memiliki ketrampilan

Partisipasi masyarakat kurang

Pendapatan daerah rendah

Sangat tergantung pada pemerintah

Rendah

Sumber : BPPN, Bank Dunia ( 1999)

Sekolah yang pada awalnya tipe minimal sekarang sudah pada tipe menengah dan pada akhirnya akan berkembang pada tipe penuh. Maka strategi penerapan konsep pengelolaan sekolah harus memfungsikan sekolah dengan fokus kepada kemampuan dalam hal :

a. Menyusun Rencana Sekolah dan Rencana Anggaran.

b. Mengelola sekolah berdasarkan Rencana Sekolah dan Rencana Anggaran.

c. Memfungsikan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sekolah

2. Rencana Sekolah

Sesuatu yang direncanakan pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tujuan itu antara lain :

a. Membantu sekolah menjelaskan pengelolaan sekarang dan waktu yang akan datang.

b. Mendorong dan mendukung partisipasi masyarakat.

c. Mendorong adanya keputusan-keputusan ( decision making ) di tingkat sekolah.

d. Mendorong terciptanya ketentuan dalam perencanaan dan pelaksanaannya.

3. Rencana Strategi

Rencana strategis pengelolaan sekolah yang mengacu kepada indikator output sekolah atas kinerja sekolah yang terdiri dari :

a. Mutu

b. Efektifitas

c. Efesiensi

d. Produktivitas

e. Inovasi

f. Kepuasan kerja pegawai

Kepala Sekolah dan guru sebagai tumpuan sekolah ditantang untuk bertindak kreatif dan dituntut terus meningkatkan profesionalitasnya sehingga dapat memberdayakan semua sumber daya secara optimal. Sistem akuntabilitas bagi pihak yang berkepentingan ( stakeholder ) perlu mendapatkan perhatian dengan konsekuensi sekolah untuk mengelola pendidikan dan anggaran.

B. Perencanaan Mutu

1. Konsep Perencanaan

Setiap proses manajemen kegiatan perlu adanya perencanaan, pengorganisasian, penyelenggaraan, penempatan staf, pengontrolan dan lain-lain. Maka perencanaan harus baik sehingga akan mendekatkan pada kenyataan pencapaian tujuan.

Perencanaan dapat diartikan sebagai proses kegiatan pemikiran dan penentuan prioritas-prioritas yang harus dilakukan secara rasional sebelum melakukan tindakan yang sebenar-benarnya dalm rangka mencapai tujuan.

2. Model Langkah Kegiatan Perencanaan

Salah satu proses perencanaan dikemukakan sebagai berikut ( Erwin N. Ginting , 1989 ) :

a. Penyusunan rencana,langkah-langkahnya :

- Tinjauan keadaan ( review of performance )

- Perkiaran keadaan waktu yang akan dilalui ( forcasting )

- Identifikasi kebijaksanaan atau usaha-usaha yang perlu dilakukan bagi rencana.

- Susunan pengesahan rencana.

b. Penyusunan program rencana, penjabaran dari rincian kegiatan, pembiayaan, penentuan sub bagian yang akan dilakukan menurut ukuran skala prioritas.

c. Pelaksanaan rencana; kegiatan operasi yang telah direncanakan dan diprogramkan.

d. Pengawasan terhadap pelaksanaan rencana.

e. Evaluasi tehadap proses perencanaan.

3. Visi dan Misi Sekolah

Sekolah dalam mencapai keberhasilan yang efektif maka harus menciptakan situasi atau iklim yang memungkinkan target dan komitmen keberhasilan melalui inovasi-inovasi dan pemanfaatan sumber daya yang ada. Maka langkah yang ditempuh adalah menentukan visi dan misi sekolah. Visi memiliki makna akan menghasilkan kesuksesan yang berarti ( Polale, 1973 ). Konsep visi harus mencakup dua komponen yaitu philosopi penuntun dan gambaran yang nyata ( Collins & Porras, 1991 ).

Visi SD Negeri Terteg adalah :

BERPRESTASI BERAZASKAN IMAN DAN TAQWA, BERAKAR BUDAYA DAN BERBUDI LUHUR

Sedangkan misi SD Negeri Terteg adalah :

1. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan PAKEM.

2. Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik secara seimbang.

3. Menumbuhkan penghayatan terhadap keagamaan dan adat ketimuran.

4. Mengembangkan budaya dan budi pekerti luhur sebagai aspirasi dalam berperilaku demokratis.

5. Menumbuhkan pola hidup sehat dan berjiwa seni yang menghasilkan ketrampilan.

6. Menerapkan pengelolaan sekolah bersistem MBS.

Untuk aplikasi dari pada visi dan misi adalah dengan pembedayaan subyek pendidikan yaitu guru. Dalam pembedayaan guru meliputi bidang akhlak, disiplin, dan penambahan pengetahuan baik segi kognitif, afektif maupun psikomotor. Penataran atau pelatihan sering diikuti warga guru untuk meningkatkan pengetahuannya sehingga banyak khasanah pengetahuan yang diserap untuk ditransformasikan secara positif dan konsisten pada anak didik.

Penataan tertib administrasi juga ditekankan setiap waktu, sehingga dalam pembelajaran melakukan perencanaan baik mulai dari prota, promes, silabus, RPP dan Rencana Harian. Untuk mendukung itu setiap satu minggu sekali mengikuti KKG ditingkat gugus maupun desiminasi tingkat sekolah.

Pemberdayaan anak didik mutlak dilakukan. Ini adalah salah satu aplikasi dari penggunaan dana BOS. Anak didik di samping mendapat pembelajaran intrakurikuler juga mendapat pelajaran ekstrakuler. Kegiatan intrakurikuler yang diadakan pada mapel mulok SD adalah pembelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Ini dikandung maksud untuk konsep bahasa sekarang di mana banyak warga masyarakat ataupun orang tuanya yang merantau ke luar negeri terutama ke Timur Tengah.

Kegiatan ekstrakuruler mempunyai jadwal yang sangat padat seperti table berikut ini :

Hari

Senin

Rabo

Kamis

Jumat

Sabtu

Kesenian

Komputer

TPQ/BTQ

Pramuka

Olah Raga

Kegiatan : - Kesenian : menyanyi

- Komputer : pengenalan piranti, pembelajaran mengetik, game.

- TPQ : baca tulis Alqur’an

- Pramuka : materi kepramukaan

- Olah raga : atletik, senam, tenis meja, catur, bulutangkis

Kegiatan keagamaan dalam penanaman ibadah kepada Sang Khalik yaitu melaksanakan kegiatan sholat berjamaah pada waktu sholat dhuhur hari Senin, Selasa, Rabo dan Kamis untuk Kelas IV, V, dan VI. Dengan berbagai kegiatan tesebut menjadi motivasi tersendiri bagi siswa dan orang tua untuk lebih giat dalam dunia pendidikan

C. Hasil dari Strategi Pengelolaan dan Upaya Peningkatan Mutu

Setelah melihat uraian di atas dapat dilihat hasil kegiatan dari pada strategi penglolaan dan upaya peningkatan mutu sebagai berikut :

1. Guru

Terjadi peningkatan kinerja dan kedisiplinannya. Seperti mengajar tepat waktu, tertib administasi dan lain-lain.

2. Siswa

a. Bidang Akademis

Perolehan daftar Nilai UASBN yang semakin meningkat

Perolehan Juara I lomba IT tingkat Kecamatan.

b. Bidang Agama

Terjadinya melek huruf Arab, peningkatan pengetahuan agama dan aplikasinya.

c. Bidang Olah Raga

Perolehan Juara I catur Tingkat Kecamatan.

d. Bidang Kesenian

- Solo Song tampil menghibur pada acara panggung pelajar dalam rangka Perpisahan Kelas VI

3. Penjaga Sekolah

Semakin mantap dan penuh tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya.

4. Sarana dan Prasarana

Dengan adanya perolehan Dana Alokasi Khusus sebesar Rp 250.000,00, maka terjadilah gedung dan sarananya yang memadai sehingga terbentuk wahana pembelajaran yang sehat, segar, dan menyegarkan baik fisik dan psikis. Dengan sarana yang baik pendidikan akan kokoh maju menapak mencetak diri dan generasi yang unggul dalam IMTAQ dan IPTEK.

5. Hubungan Sosial

Semakin baik hubungan sosial antar guru, penjaga, dan siswa dengan memperhatikan adab bergaul secara kondusif

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Sekolah sebagai institusi( lembaga ) pendidikan yang merupakan wadah tempat proses pendidikan memiliki sistem komplek dan dinamis. Sekolah bukan hanya tempat berkumpul guru dan murid tetapi sekolah berada dalam satu tatanan yang rumit dan berkaitan.

2. Strategi adalah langkah-langkah yang sistematis dan sistemik dalam melaksanakan rencana secara menyeluruh ( makro) dan berjangka panjang dalam pencapaian tujuan.

3. Perencanaan dapat diartikan sebagai proses kegiatan pemikiran dan penentuan prioritas-prioritas yang harus dilakukan secara rasional sebelum melakukan tindakan yang sebenar-benarnya dalm rangka mencapai tujuan

4. Pemberdayaan anak didik mutlak dilakukan. Ini adalah salah satu aplikasi dari penggunaan dana BOS. Anak didik di samping mendapat pembelajaran intrakurikuler juga mendapat pelajaran ekstrakuler

B. Saran

1. Untuk meningkatkan kinerja guru maka seyogyanya terjadi monitoring dari atasan secara berkesinambungan.

2. Untuk meningkatkan pengetahuan guru maka sebaiknya diadakan pelatihan secara berkala dan menyeluruh bagi semua guru

DAFTAR PUSTAKA

Bobbi de Potter dkk. 2005. Quantum Teaching, Memprakrikkan Quantum Leraning di Ruang-Ruang Kelas. PT MizanPustaka: Jakarata.

Depdiknas. 2005/2006. Bahan Penataran Pustakawan Jarak Jauh. Bina Pustaka: Jakarta

Depdiknas. 2008. Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional tahun 2010-2014. Bina Pustaka: Jakarta.

Fattah, Nanang , 2005, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta, Universitas Terbuka

Handoko, Hani T. 1995. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

…………………., Buku Pedoman Sekolah Sehat, Pati, Pokja Sekolah Sehat FKKS

Internet : Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000, Sekolah Berstandar Internasional, Teknik Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 , http://www.iso.ch ; http://www.bsi.org.uk/iso-tc176-sc-2

.