PERMENDIKBUD

Senin, 27 Juni 2011

Sejarah Sosiologi pendidikan


A.      Sejarah Sosiologi Pendidikan
           Sosiologi ini dicetuskan oleh Aguste Comte maka dari itu dia dikenal sebagai bapak sosiologi, ia lahir di Montpellier tahun 1798. ia merupakan seorang penulis kebanyakan konsep, prinsip dan metode yang sekarang dipakai dalam sosiologi berasal dari Comte. Comte membagikan sosiologi atas statika social dan dinamika social dan sosiologi mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1. Bersifat empiris yaitu didsarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2. Bersifat teoritis yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dan hasil observasi.
3. Bersifat kumulatif yaitu teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori yang ada kemudian diperbaiki, diperluas dan diperhalus
4. Bersifat nenotis yaitu tidak mempersoalkan baik buruk suatu fakta tertentu tetapi untuk menjelaskan fakta tersebut.
     Comte mengatakan bahwa tiap-tiap cabang ilmu pengetahuan manusia mesti melalui tiga tahapan perkembangan teori secara berturut-turut yaitu keagamaan atau khayalan, metafisika atau abstrak dan saintifik atau positif ( Soekadijo, 1989:4 ).
Setelah selesai perang dunia II, perkembangan masyarakat berubah secara drastis dimana masyarakat dunia mengingnkan adanya perubahan dalam menyahuti perkembangan dan kebutuhan baru terhadap penyesuaian perilaku lembaga pendidikan. Oleh karena itu disiplin sosiologi pendidikan yang sempat tenggelam dimunculkan kembali sebagai bagian dari ilmu-ilmu penting dilembaga pendidikan ( Muhyi Batu bara, 2004:5 ).
     Perkembangan sosiologi pendidikan senagai ilmu pengetahuan dimulai sejak awal abad ke 20 yang merupakan bagian dari sosiologi. Tetapi sebenarnya sosiologi pendidikan lahir bersamaan munculnya persoalan-persoalan pendidikan yang tidak teratasi dan kemudian pendidikan tersebut diatasi dengan menggunakan pendekatan sosiologis.
     Sebelum berakhirnya PD II sosiologi pendidikan sebagai suatu ilmu pengetahuan semapat hilang dari peredaran dan tidak dianggap sebagai sesuatu yang penting untuk diajarkan di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Amerika Serikat. Setelah PD II, perkembangan masyarakat mengalami perubahan secara dratis. Dinamika masyarakat dunia menginginkan adanya perubahan dalam menyahuti perkembangan dan kebutuhan baru terhadap penyesuaian perilaku lembaga pendidikan, dalam menyikapi perlunya dimensi pendidikan menjadi instrumen terpenting dalam memajukan masyarakat. Karena itu, disiplin sosiologi pendidikan yang sempat tenggelam tersebut dimunculkan kembali sebagai bagian dari ilmu penting di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK).
     Lester Frank Word (1841-1913), salah seorang pelopor sosiologi di Amerika dianggap sebagai pencetus gagasan lahirnya sosiologi pendidikan di Amerika. Gagasan tersebut muncul dalam bukunya yang berjudul : Applied Sociology (Sosiologi Terapan), yang mengkaji perubahan-perubahan masyarakat karena usaha manusia. Gagasan Word tadi kemudian dikembangkan oleh John Dewey. Dewey memandang bahwa hubungan antara lembaga pendidikan dan masyarakat sangat penting. Pemikiran Dewey dikembangkan lagi dalam bukunya : Democracy and Educatian (Demokrasi dan Pendidikan) pada tahun 1916 yang mendorong berkembangnya sosiologi pendidikan.
     Pada tahun 1887 dibuka pertama kali kuliah sosiologi pendidikan di Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 1910 Henry Suzzaalo memberi kuliah sosiologi pendidikan di Teachers Collage, di 16 Lembaga Pendidikan Tinggi. Tahun 1917 Buku Teks Sosiologi Pendidikan pertama: Introduction to Educational Sociology diterbitkan oleh Walter Smith. Tahun 1928 terbit The Journal of educational pimpinan E. George Payne, dan tahun 1936 disusul munculnya majalah : Social Education.
Menurut pendapat Drs. Ary H. Gunawan, bahwa sejarah sosiologi pendidikan terdiri dari 4 fase, yaitu:
a.   fase pertama, dimana sosiologi sebagai bagian dari pandangan tentang kehidupan bersama filsafat umum. Pada fase ini sosiologi merupakan cabang filsafat, maka namanya adalah filsafat sosial.
b.   Dalam fase kedua ini, timbul keinginan-keinginan untuk membangun susunan ilmu berdasarkan pengalaman-pengalaman dan peristiwa-peristiwa nyata (empiris). Jadi pada fase ini mulai adanya keinginan memisahkan diri antara filsafat dengan sosial.
c.   sosiologi pada fase ketiga ini, merupakan fase awal dari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Orang mengatakan bahwa Comte adalah “bapak sosiologi”, karena ialah yang pertama kali mempergunakan istilah sosiologi dalam pembahasan tentang masyarakat.
       Sedangkan Saint Simon dianggap sebagai “perintis jalan” bagi sosiologi. Ia bermaksud membentuk ilmu yang disebut “Psycho-Politique”. Dengan ilmu tersebut Saint Simon dan juga Comte mengambil rumusan dari Turgot (1726-1781) sebagai orang yang berjasa terhadap sosiologi, sehingga sosiologi menjadi tumbuh sendiri.
d.   pada fase yang terakhir ini, ciri utamanya adalah keinginan untuk bersama-sama memberikan batas yang tegas tentang obyek sosiologi, sekaligus memberikan pengertian-pengertian dan metode-metode sosiologi yang khusus. Pelopor sosiologi yang otonom dalam metodenya ini berada pada akhir abad 18 dan awal 19 antara lain adalah Fiche, Novalis, Adam Muller, Hegel, dan lain-lain.
     Nama-nama sosiologi pendidikan sebagaimana yang dipakai oleh Steward adalah Sociologi Approach to Education, Educational Sociologi, dan Sociology of Education. Meighan dan Siarj-Blatchford mengunakan istilah Sociology of Education.
     W. Taylor mengunakan istilah Educational Sociology tekanannya terletak pada pernyataan pendidikan dan sosial, sedang Sociology of Education titik tekannya terletak pada permasalahan sosiologis. Menurut G.E jansen Educational Sociology membahas problema pendidikan, sedangkan Sociology of Education membahas problema sosiologi dalam pendidikan.

1 komentar:

zultuahkifli mengatakan...

tanks artikelnya