PERMENDIKBUD

Minggu, 01 April 2012

STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

A.      Latar Belakang          
Kurikulum merupakan hal yang sangat diperlukan dalam pendidikan. Kurikulum bisa digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pendidikan. Dalam perkembangannya sebagai sebuah displin ilmu para ahli pendidikan tidak pernah henti-hentinya menghasilkan berbagai rumusan, konsep tentang kurikulum dan dari waktu ke waktu defenisi, tujuan, landasan, rumusan kurikulum selalu mengalami perkembangan yang tujuannya adalah untuk  peningkatan kualitas peserta didik yang disesuaikan dengan berbagai tuntutan dan kebutuhan dengan menjadikan kurikulum sebagai alat/sarana untuk mencapainya.  

        Secara umum kajian-kajian tentang kurikulum terdiri dari tiga hal pokok yaitu perencanaan kurikulum, pelaksanaan/impelemtasi kurikulum dan evaluasi kurikulum, tiga aspek utama ini selalu menjadi topik-topik menarik menarik yang dibahas baik dalam kesempatan diskusi, seminar, penelitian yang menghasilkan temuan-temuan baru untuk memperkaya konsep kurikulum.  Pertama dalam wilayah perencanaan kurikulum di negara kita semenjak tahun 1962 hingga sekarang telah terjadi tujuh kali pergantian kurikulum yang dimulai dari tahun 1962, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006 yang selalu identik dengan pergantian kementrian pendidikan sehingga  muncul opini publik  setiap pergantian menteri selalu terjadi pergantian kurikulum, namun bila ditinjau dari karaktersitik kurikulum itu dan tuntutan kebutuhan dan kondisi sosial masyarakat maka pergantian kurikulum tidak perlu disikapi secara skeptis dan apatis karena pada hakekatnyapergantian itu dapat juga dipahami  sebagai sebuah proses perubahan untuk menghadirkan kurikulum yang lebih relevan. Kedua pada wilayah implementasi kurikulum juga sejalan dengan perencanaan kurikulum mengalami perubahan sebanyak tujuh kali karena kurikulum yang diimplementasikan adalah kurikulum yang telah direncanakan, implementasi kurikulum intinya adalah pelaksanaan proses belajar mengajar itu sendiri yang didalamnya terdapat rencana pembelajaran, silabus, materi, media dan sumber belajar, strategi pembelajaran dan evaluasi, akselerasi yang cukup tinggi pada wilayah implementasi terjadi pada strategi/metode/pendekatan/model pembelajaran baik yang ditinjau dari sisi guru maupun  ditinjau dari sisi siswanya. Arends (2008;261-321) mengidentifikasi setidaknya terdapat tiga model pengajaran interaktif yang berpusat pada guru yaitu (1) presentasi atau penjelasan (2) pengajaran langsung (3) pengajaran konsep, sedangkan model pengejaran interaktif yang berpusat pada siswa terdiri atas (1) cooperatif learning (2) problem based learning (3) diskusi kelas, Print (1988;164) mencatat setidaknya tujuh strategi belajar yang dapat dipergunakan dalam aktifitas belajar yaitu: (1) strategi  ekspostori yaitu sebuah strategi yang memperlihatkan arus informasi berlangsung dari sumber belajar kepada siswa, (2) strategi interaktif  yaitu strategi yang menghendaki adanya pertukaran antara sumber belajar dengan siswa, (3) strategi  small group teaching yaitu strategi yang menitikberatkan pada partisipasi kelompok, (4) strategi inquiry teaching yaitu strategi yang melibatkan siswa dalam pemecahan masalah, (5) strategi individualisation yaitu strategi dengan melihat kemampuan siswa dalam menyelsaikan tugas yang disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, (6) strategi  models of reality yaitu strategi yang menyertakan siswa dalam replikasi pada dunia nyata, (7)  Strategi model Reality yaitu strategi yang menyertakan siswa, institusi diluar pendidikan dan sejumlah pengalaman belajar. Ketiga  wilayah evaluasi kurikulum yang akan memberikan sejumlah informasi yang penting bagi perancang dan pengembang kurikulum menyangkut kelemahan dan kekuatan sebuah kurikulum yang telah dirancang dan diimplementasikan sehinggainformasi ini akan sangat berguna untuk pengambangan  dan perubahan kurikulum dimasa yang akan datang sekaligus sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan Indonesia dalam menciptakan manusia Indonesia yang bermutu dan berdaya saing dalam persaingan global.  
            Fenomena menarik yang perlu dicermati dari tiga kawasan kurikulum ini sebagaimana diungkapkan oleh Hasan (2008) adalah pertama pengembangan setiap kurikulum terencana dengan baik hanya untuk  `curriculum construction` yang menghasilkan dokumen kurikulum tetapi  tidak terencana dengan baik untuk `curriculum implementation` dan  `curriculum evaluation`,  kedua pengembangan kurikulum baru dalam bentuk konstruksi kurikulum tidak memiliki kesinambungan dengan kurikulum sebelumnya  ketiga pengembangan kurikulum baru dilakukan hanya memperhatikan satu aspek tuntutan  yaitu karena ketertinggalan kita dalam dunia ilmu
Rendahnya pemahaman guru terhadap kurikulum merupakan persoalan lebih besar yang perlu diatasi secepatnya. Guru kurang paham kurikulum 2004 karena sosialisasinya yang tidak lancar, tidak merata dan tidak mendalam sehingga banyak guru yang masih bingung inti dari kurikulum dan bagaimana melaksanakannya. Karena banyak guru belum bisa menjalankan perannya sebagai fasilitator, mereka akhirnya kembali pada metode pembelajaran konvensional yang telah mereka kenal sebelumnya. Guru dan buku teks pelajaran menjadi sumber informasi tunggal sementara murid diharuskan menerima semua informasi yang disampaikan guru.
Sebelum suatu kurikulum diberlakukan,  pemerintah harus menyiapkan para guru agar nanti dapat melaksanakan kurikulum baru tersebut dengan jelas, benar, dan bertanggung jawab. Langkah–langkah yang mungkin harus dilakukan pemerintah dalam menyiapkan guru agar  profesionalitasnya dapat dipertanggungjawabkan untuk mengelola Kurikulum adalah memberikan pemahaman kepada guru tentang isi dan hakikat.
Oleh karena itu, pemerintah jangan mengira guru akan mengetahui kurikulum baru tersebut dengan sendirinya. Ada baiknya, untuk mempercepat sosialisasi dan teks kurikulum yang baru diperbanyak untuk semua guru di Indonesia. Lalu, orang-orang yang sudah ditatar oleh pemerintah dengan kurikulum baru itu diterjunkan ke seluruh daerah untuk membantu sosialisasi. Diharapkan dengan diberlakukannya kurikulum baru 2006 tersebut, proses pembelajaran di setiap sekolah akan memperhatikan potensi dan bakat yang dimiliki oleh anak didik. Dengan demikian guru bukan hanya mencekoki murid (teacher oriented), akan tetapi menitikberatkan pada pola belajar siswa aktif atau active learning. Guru tidak hanya sekadar cerceramah, komunikasi berjalan dua arah dan sebanyak mungkin dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

B.    Rumusan Masalah
        Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka masalah pokok yang diangkat dalam makalah ini adalah  :
               1.     Bagaimanakah strategi pengembangan kurikulum ?
               2.  Bagaimanakah strategi pembelajaran secara optimal sehingga dapat   meningkatkan prestasi siswa?
C.  Pembahasan
      1. Pengertian Kurikulum
Dalam kamus  Webster  (1856) yang dikutip oleh Nasution (2006:1) istilah kurikulum berarti “  1. a race cource; a place for running;a chario, 2. a cource of study in a university”. Kurikulum diartikan sebagai  jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan dari awal sampai akhir, kurikulum juga berarti chariot semacam kereta pacu pada zaman dulu yang membawa seseorang dari strart sampai finish. Kamus webster juga memberikan penjelasan bahwa kurikulum yang digunakan dalam pendidikan didefenisikan sebagai sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi  yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat, kurikulum juga berarti keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan.
      2. Beberapa Istilah dalam Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum dikenal ada lima istilah, yaitu pengembangan kurikulum (Curriculum development), perbaikan kurikulum (Curriculum improvement), perencanaan kurikulum (Curriculum planning), penerapan kurikulum (curriculum implementation), dan evaluasi kurikulum (curriculum evaluation).
 Pengembangan kurikulum dan perbaikan kurikulum merupakan istilah yang mirip tetapi tidak sama . Pengembangan kurikulum merupakan istilah yang lebih komprehensif, di dalamnya termasuk perencanaan, penerapan, dan evaluasi dan berimplikasi pada perubahan dan perbaikan. Sedangkan perbaikan kurikulum sering bersinonim dengan pengembangan kurikulum, walaupun beberapa kasus perubahan dipandang sebagai hasil dari pengembangan. Perencanaan kurikulum adalah fase pre-eliminer dari pengembangan kurikulum. Pada saat pekerja kurikulum membuat keputusan dan beraksi untuk menetapkan rencana yang akan dilaksanakan oleh guru dan siswa. Jadi perencanaan merupakan fase berfikir atau fase disain. Evaluasi kurikulum merupakan fase terakhir dalam pengembangan kurikulum di mana hasilnya diases dan keberhasilan pebelajar dan program ditentukan. Fase ini akan dibahas lebih rinci pada langkah-langkah pengembangan kurikulum.
    3.   Strategi Pengembangan Kurikulum
Pegembangan kurikulum meliputi empat langkah, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran (instructional objective), menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar ( selection of learning experiences), mengorganisasi pengalaman-pegalaman  belajar (organization of learning experiences), dan mengevaluasi (evaluating). 
a.      Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional objective)
Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap yang pertama yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah  memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of student), masyarakat (source of society), dan konten (source of content). Tahap kedua adalah merumuskan tentative general objective atau standar kompetensi (SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi (sociology),   kemudian di-screen melalui dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan filsofi pendidikan  (philosophy of learning) dan psikologi belajar  (psychology of learning), dan tahap terakhir adalah  merumuskan precise education atau kompetensi dasar (KD) 
b.      Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-Pengalaman Belajar ( selection of learning experiences)
            Dalam merumuskan dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar dalam pengembangan kurikulum harus memahami definisi pengalaman belajar dan landasan psikologi belajar (psychology of learning). Pengalaman belajar merupakan bentuk interaksi yang dialami atau dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami siswa sebagai learning activity menggambarkan interaksi siswa dengan objek belajar. Belajar berlangsung melalui perilaku aktif siswa; apa yang ia kerjakan adalah apa yang ia pelajari, bukan apa yang dilakukan oleh guru. Dalam merancang dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar juga memperhatikan psikologi belajar.
               Ada lima prinsip umum dalam pemilihan pengalaman belajar. Kelima prinsip tersebut adalah pertama, pengalaman belajar yang diberikan ditentukan oleh  tujuan yang akan dicapai, kedua, pengalaman belajar harus cukup  sehingga siswa memperoleh kepuasan dari pengadaan berbagai macam perilaku yang diimplakasikan oleh sasaran hasil, ketiga, reaksi yang diinginkan dalam pengalaman belajar memungkinkan bagi siswa untuk mengalaminya (terlibat), keempat, pengalaman belajar yang berbeda dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama, dan kelima,  pengalaman belajar yang sama akan memberikan berbagai macam keluaran (outcomes).
     
c.       Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar (organization of learning experiences)
     Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan untuk memudahkan anak didik untuk belajar. Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas dari beberapa hal penting yang mendukung, yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik, dan kebutuhan masyarakat.
d.      Mengevaluasi (evaluating) Kurikulum
      Langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan di mana data yang terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama adalah sangat esensial dalam pengembangan kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses membuat keputusan , sedangkan riset sebagai proses pengumpulan data sebagai dasar pengambilan keputusan.
          Perencana kurikulum menggunakan berbagai tipe evaluasi dan riset.  Tipe-tipe evaluasi adalah konteks, input, proses, dan produk. Sedagkan tipe-tipe riset adalah aksi, deskripsi, historikal, dan eksperimental. Di sisi lain perencana kurikulum menggunakan evaluasi formatif (proses atau progres) dan evaluasi sumatif (outcome atau produk).
       4.   Strategi Pembelajaran
      a. Perubahan Pendekatan Strategi Pembelajaran
Secara singkat berikut ini berbagai perubahan pendekatan yang pernah kita laksanakan untuk mencari strategi pembelajaran dan pendidikan yang tepat:1). Program Pengembangan Sistem Instruksional ( PPSI ) Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) adalah salah satu pendekatan dalam mendesain suatu program pembelajaran khususnya berguna sebagai acuan untuk menyusun Rencana Pembelajaran atau Satuan Pembelajaran oleh guru (Hamalik, 2005).
Terdapat kritik terhadap implementasi PPSI dikalangan para guru. Prosedur ini membawa konsekuensi terhadap beban kerja guru dan juga Kepala Sekolah bertambah di bidang pengadministrasian dokumen seperti penyusunan satuan pembelajaran yang detil, termasuk penyusunan alat evaluasi yang harus dapat mengukur tujuan pembelajaran. Sehingga bukannya tidak mungkin, guru harus merevisi rancangan atau satuan pembelajarannya agar seluruh komponen sesuai dan yakin dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pada saat itu, hal tersebut dirasakan cukup berat dikaitkan dengan pendapatan yang tidak seimbang (Hamalik, 2005). Juga yang dikemukakan oleh Soedijarto dalam penerapan PPSI saat pelaksanaan kurikulum 1975, yang terlalu menaruh harapan tinggi terhadap guru yang menerapkan PPSI yang sebenarnya harus dilakukan oleh tenaga profesional, sehingga dibutuhkan peningkatan kompetensi dan keahlian yang mendasar dari profesi guru (http://www.jakartateachers.com/4429.htm). 2). Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA ). Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau dalam bahasa Inggris disebut student active learning adalah satu pendekatan belajar yang memfokuskan pembelajaran pada siswa. Pendekatan ini mulai dikenal pada pertengahan tahun 80an sebagai jawaban terhadap keluhan masyarakat bahwa pembelajaran di kelas lebih teacher oriented dengan banyak menggunakan metode ceramah sehingga siswa cenderung pasif. Dalam CBSA, siswa terlibat aktif baik secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang optimal. 3). Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK )
Munculnya KBK sebagai pendekatan belajar adalah sebagai implikasi diterapkannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau School Based Management (SBM) adalah model pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan seluruh masyarakat sekolah secara langsung sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Susilana, 2009). 4). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )
Sejarah KTSP dimulai dari lahirnya kurikulum 2004 yang disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum 2004 sendiri hadir seiring dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyiratkan semangat desentralisasi penyelenggaraan pendidikan. Dalam perjalanannya dan disesuaikan dengan tuntutan perkembangan dari kebijakan desentralisasi, otonomi, fleksibilitas, dan keluwesan penyelenggaraan pendidikan. Dalam standar isi dan standar kompetensi lulusan merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Menurut E. Mulyasa ( 2006 : 22 ), secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian otonomi kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Kande (2008) menguraikan apabila dikaitkan antara standar isi dengan standar kelulusan, seharusnya keduanya berjalan serasi. Namun ketika kompetensi yang ditetapkan tersebut hanya diukur dari satu sudut pandang saja melalui Ujian Nasional dengan sangat mengecilkan arti dari ketentuan dalam PP Nomor 19 tahun 2005 Pasal 27 Ayat 1 bahwa peserta didik dinyatakan lulus tidak hanya diukur dari hasil Ujian nasional saja, maka implementasi KTSP masih tidak sesuai dengan aturan. http://re-searchengines.com/frederik0608.html
    Bila kecenderungan membuat kebijakan yang mewajibkan pengajar menerapkan srategi pembelajaran tertentu akan terus berlanjut pada masa yang akan datang maka pengajar akan pasif dan tidak inovatif. Sementara itu pembuat kebijakan akan terus disibukkan mencari dan menginstruksikan penerapan kebijakan baru dari waktu ke waktu agar disebut inovatif. Di sisi lain para guru tidak pernah mendapat kesempatan mengaplikasikan kebijakan tersebut karena keterbatasan waktu dan sumberdaya pendukung di sekolah masing–masing.
         b. Srategi Pembelajaran yang Inovatif
Pembelajaran disebut efektif bila dapat memfasilitasi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan. Untuk itu pengajar perlu menyusun strategi yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mampu membuatnya mencapai kompetensi yang di tentukan dalam tujuan pembelajaran. Suparman (2004) menjelaskan tentang pengembangan strategi instruksional yang dapat dilakukan oleh pengajar untuk menciptakan situasi pembelajaran yang mendukung pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
D.   Penutup
Pegembangan kurikulum meliputi empat langkah, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran (instructional objective), menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar ( selection of learning experiences), mengorganisasi pengalaman-pegalaman  belajar (organization of learning experiences), dan mengevaluasi (evaluating).     Bila kecenderungan membuat kebijakan yang mewajibkan pengajar menerapkan srategi pembelajaran tertentu akan terus berlanjut pada masa yang akan datang maka pengajar akan pasif dan tidak inovatif. Sementara itu pembuat kebijakan akan terus disibukkan mencari dan menginstruksikan penerapan kebijakan baru dari waktu ke waktu agar disebut inovatif. Di sisi lain para guru tidak pernah mendapat kesempatan mengaplikasikan kebijakan tersebut karena keterbatasan waktu dan sumberdaya pendukung di sekolah masing–masing.

Daftar Pustaka :
Abdullah Idi.1988 .Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Arends, Richard. 2007. “learning to Teach”, Avenue of the Americas New York, NY 10020: McGraw-Hill Companies, Inc 1221.
Atkinson, et al .1995. Management Accounting. Second Edition. Prentice Hill. Richard D Irwin, Inc. Pillipines
Brady, Laurie.1992. Curriculum Development (Thirfd Edition). Australia. Prentice Hall
Deal, et all. 1999. Shaping School Culture;  The Heart of Leadership. San Francisco : Jossey_Bass Publisher Cohen, L. (1978).  Educational Research in Classroom and Schools : A Manual of Materials and Methods. New York :Harper & Row Publisher. 
Depdiknas. 2004. Pedoman Pengembangan Kultur Sekolah. Jakarta Depdiknas. 
Fullan, M.G. 1991. The New Meaning of  Education Change. New York: Teacher
College Press Published.
Gaspers, Vincent. (2002. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Jakarta. Gramedia
Hamalik, 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
Iskandar Wiryokusumo.1988,, Usman Mulyadi, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bina Aksara,

Tidak ada komentar: