PERMENDIKBUD

Selasa, 20 November 2012

MANUSIA YANG MANUSIA

Melihat judul di atas mestinya kita sebagai manusia bertanya lagi. apakah kita bukan manusia? Jawabnya secara jasmani memang kita berujud manusia. Tetapi mungkin secara tabiat jauh dari peradaban manusia, moral manusia. Maka ada yang mengatakan bahwa kita kurang atau jauh dari jati diri manusia. Pendidikan yang nota bene akan memanusiakan manusia seharusnya diperjuangkan secara sadar dan kultural. Sadar artinya kita merasa bahwa belajar, berpendidikan merupakan suatu keharusan untuk menuju proses sebagai manusia yang manusia. Kultural artinya kita dalam mengembangkan pendidikan harus berbudaya positif berkarakter sebagai manusia.

Fenomena yang berkembang bahwa manusia bila ingin mendapatkan sesuatu sering melupakan perikemanusian seperti tertera dalam Pancasila. Mengenyampingkan hati nurani untuk mendapatkan sesuatu dengan membunuh karakter seseorang adalah cara yang tidak satria. Petuah Jawa ini masih layak untuk dikonsumsi bagi manusia yang sedang kering nuraninya.

Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa / Sakti tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan). Bila kita hayati betul petuah tersebut dan kita aplikasikan dalam kehidupan maka yang terjadi adalah kita menjadi SATRIA SEJATI. 

 hAL YANG HUMANIS MERUPAKAN SUATU KEBUTUHAN DALAM BERMASYARAKAT. 


Aja mung kelingan lan migatekake barang kang katon bae, sebab kang katon gumelar iki anane malah ora langgeng ( jangan ingat terus dan memperhatikan barang yang kelihatan saja, karena yang terlihat adanya itu semua tidak selamanya)

Salam...sukses  untuk menjadi manusia yang manusia......
 

Tidak ada komentar: