PERMENDIKBUD

Senin, 05 September 2011

KREATIFITAS TUTOR KEAKSARAAN FUNGSIONAL DALAM PEMBERDAYAAN WARGA BELAJAR



PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

            Perkembangan tehnologi yang sangat maju manusia dituntut untuk mengimbanginya. Dalam menuju abad yang serba canggih perlu penanganan khusus dalam menggapainya. Kita sebagai manusia tidak boleh berpangku tangan. Kemampuan yang diberikan kepada kita oleh Tuhan yang Maha Kuasa haruslah ditularkan kepada khalayak banyak supaya mereka juga bisa menikmati kebahagiaan dari pengaruh ilmu pengetahuan dan tehnologi.

            Pendidikan adalah upaya untuk memanusiakan manusia muda . Pengangkatan manusia muda ke taraf insani harus diwujudkan di dalam seluruh proses atau upaya pendidikan ( Driyakarya:1980 ). Dalam menggapai hal yang diinginkan harus diupayakan lewat pendidikan. Pendidikan meliputi formal, informal dan non formal. Pendidikan bisa mempengaruhi pola pikir manusia . Manusia bisa bersahabat dan juga bisa jadi perusak dengan alam dikarenakan juga oleh pendidikan.
            Pendidikan lewat jalur sekolah resmi adalan pendidikan formal dengan struktur dan sistem pendidikan yang kas. Pendidikan informal adalah pendidikan di lingkungan rumah dimana orang tua sangatlah memegang peranan kunci walaupun tidak menutup kemungkinan anggota yang lain seperti anak bisa juga sebagai pembentuk nilai-nilai pendidikan. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang ada di masyarakat dengan segala dinamika dan karakteristiknya yang bisa mempengaruhi perkembangan anak didik sebagai anggota masyarakat.
            Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah sewaktu-waktu ( UU Sisdiknas 2003 ). Visi tersebut  dijabarkan menjadi misi pendidikan yang antara lain adalah membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa

2

secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
            Walaupun sudah sejak lama diadakan pemberantasan buta aksara dan angka tapi pada kenyataannya masih ada warga masyarakat yang menjadi penyandang predikat buta aksara dan angka. Kalau dilihat keberadaanya memang mereka sangat terbebani oleh keberadaannya. Apa penyebab sehingga mereka menjadi buta aksara dan angka ? Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Antara lain dari lingkungan keluarga sendiri ( interen ) dan faktor dari luar ( ekstern ). Faktor dari dalam misalnya : himpitan ekonomi, hasutan orang tua untuk segera menikah. Dari ekstern adanya faktor provokator yang memberi angin pengendoran tidak bersekolah dan tahyul yang mana dhanyang atau yang baureksa desa tidak merestui bagi warga untuk menjadi pegawai.
            Siapakah kita ini atau siapakah manusia itu ? Menurut Sidi Gazalba ( 1978 ) pada masyarakat tradisional jawabannya yang diberikan dalam bentuk mitos dan pemikiran primitif. Sedangkan pada masyarakat yang lebih maju jawaban yang diberikan dalam bentuk filsafat. Sementara bagi umat beragama maka jawaban yang diberikan  dengan merujuk pada wahyu Tuhan.Di daerah warga belajar binaan, kepercayaan tentang tahyul yang tidak bisa dipertanggung jawabkan adalah salah satu ciri dari masyarakat tradional. Kepercayaan tadi gugur setelah tak terbukti kebenarannya. Hal ini bisa dipahami karena sejak tahun l990 telah ada 1 warga yang menjadi pegawai negeri disusul tahun l991 tambah satu lagi. Dalam logika mengapa warga desa tidak bisa menjadi pegawai dikarenakan tidak mau bersekolah kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan yang di angkat menjadi pegawai adalah yang memenuhi persyaratan salah satunya adalah ijasah yang nota bene dikeluarkan oleh lembaga pendidikan ( sekolah ).
            Terjadinya buta aksara dan angka yang lain anatara lain dipengaruhi semacam pandangan bahwa bagi perempuan adalah semacam dagangan, cepat laku lebih baik. Anak usia SD antara kelas III sampai kelas V banyak yang droup out dikarenakan mereka dipersunting oleh lelaki. Bagi kekuarganya ini adalah suatu keberuntungan, dikarenakan beban keluarga terkurangi baik dari segi moral maupun segi ekonomi. Sementara yang droup out rata-rata belum sepenuhnya bisa menulis dan berhitung. Kalau ada yang bisa baru dalam skala kecil. Dan yang
3

sangatlah fatal lagi lingkungan waktu itu tidak mendukung,seperti televisi,koran yang tidak begitu banyak bahkan tidak ada sama sekali. Ini terjadi pada kurun waktu tahun 1974 sampai tahun l980.
            Pemberdayaan warga mutlak perlu diadakan karena pendidikan membawa segala sesuatu yang lebih baik dalam aktualisasi kehidupan di dunia dan akhirat. Karakteristik manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan pandangan hidup Pancasila adalah karakteristik manusia berkualitas yang bercirikan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, memiliki ilmu pengetahuan, maju tangguh dan cerdas. Sedangkan yang ke dua adalah karakteristik yang kompetitif, yang bercirikan antara lain : beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, sehat jasmani dan rohani, berjiwa patriotik, meningkatkan kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, serta berorientasi ke masa depan ( GBHN 1993 ). Ini bisa terwujud bila ada kerangka untuk mencapainya. Salah satunya adalah dengan Keaksaraan Fungsional(KF).
            Dalam pembelajaran Keaksaraan Fungsional diberikannya pengetahuan tentang calistung dan penambahan praktek ketrampilan. Dalam garapan manusia Indonesia harus sesuai dengan dimensi produktifitas, yaitu sosok manusia Indonesia yang memiliki kesanggupan memiliki keahlihan/pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya , kemampuan untuk mempertinggi ketrampilan, keserasian hidup berkeluarga, mampu menempatkan diri sebagai konsumen dan produsen yang baik kreatif dan berkarya ( Nana Sujana,1989 : 67 ). Kecerdasan setiap individi dan ketrampilannya memang sangat perlu dimiliki setiap insan untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya dalam menghadapi laju hidup yang dinamis dan sangat cepatnya. KF dapat dijadikan sarana pembelajaran sebagai wahana solusi dasar bagi jamannya.

B.  Permasalahan

            Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat ditemukan berbagai masalah yang timbul dalam pelaksanaan Keaksaraan Fungsional (KF) antara lain :
1.           Bagaimana cara mengajak warga buta aksara dan angka untuk menjadi warga belajar?
2.           Bagaimana cara membelajarkan warga belajar supaya dapat calistung (membaca, menulis, dan berhitung ) dan ketrampilan ?
3.           Apakah hasilnya sesuai dengan tujuan ?

C.  Tujuan

            Dalam penulisan karya tulis ini  mempunyai tujuan yang akan dicapai :
1.              Menyiapkan strategi dalam mengajak warga masyarakat buta akasara dan angka untuk mengikuti kegiatan keaksaraan fungsional.
2.              Memberi gambaran pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran di keaksaraan fungsional.
      3.              Penggunaan inovasi dalam pembelajaran. 
      4.              Upaya peningkatan mutu untuk pencapaian tujuan.

BAB II

PEMBAHASAN
A.  Strategi
      Pengertian Strategi
            Dalam mencapai suatu tujuan dalam suatu kegiatan diperlukan sebuah strategi yang baik dan matang untuk merealisasikannya. Strategi yang intregral akan menghasilkan mutu yang hendak dicapai.Strategi diartikan sebagai suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya sesuatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan. Hax dan Majkuf (1991) merumuskan strategi sebagai berikut : (a) ialah suatu pola yang konsisten, menyatu dan intregal; (b) menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran jangka panjang, program bertindak, prioritas alokasi sumber daya; (c) menyeleksi bidang yang akan digeluti atau organisasi; (d) mencoba mendapatkan peluang keuntungan yang mampu bertahan lama dengan memberikan respon yang tepat terhadap peluang  dan ancaman dari lingkungan ekstewrnal organisasi dan kekuatan dan kelemahannya; (e) melibatkan semua tingkat hirarki dari organisasi. Jadi strategi merupakan kerangka  dasar tempat suau organisasi melanjutkan kehidupannya dengan penyesuaian-penyenyesuaian dengan lingkungannya.

       Strategi Umum
            Dalam kegiatan penuntasan buta aksara dan angka untuk mensukseskannya, maka perlu cara-cara atau jurus-jurus (strategi) umum yang akan dikembangkan oleh seorang tutor. Tutor sebagai orang lapangan yang terjun langsung dan bersinggungan dengan masyarakat pada umumnya serta warga belajar belajar pada umumnya menggunakan resep khusus yang diracik dan dan dipraktekkan sendiri sehingga dalam pencapaiannya akan meminimalkan efek negatif.
            Dalam ikut membina dan mengembangkan potensi yang ada maka dalam perencanaan, proses dan akhir dari suatu kegiatan harus berkesinambungan dan

6

saling menguntungkan dan akhirnya membuahkan hasil yang optimal. Strategi secara umum yang akan ditempuh pada warga belajar dan lingkungannya antara lain :
1.  Memberikan dorongan yang kuat dan cara yang tepat untuk penyuksesan kegitan pada warga belajar dan lingkungannya.
2.    Menggunakan berbagai sarana dan prasaran yang ada secara optimal.
3. Mengembangkan peserta belajar dan limngkungannnya untuk saling     berkesinambungan scara simbiosis mutualisma.

       Strategi Khusus
1.  Strategi dalam mengajak warga masyarakat untuk menjadi warga belajar bagi yang buta aksara dan angka
      Tutor dalam mendata dan mengajak warga masyarakat yang buta aksara dan angka selalu mengalami beberapa kendala antara lain  adanya warga yang merasa malu dengan anggota keluarganya terutama  kepada anaknya dan lingkungannya karena punya pandangan bahwa menjadi warga belajar adalah orang yang kurang ( bodoh ). Maka perlu strategi yang baik dan hasilnya bisa dirasakan bersama yang antara lain :
  1. Mengenali lingkungan dan budaya calon warga belajar.
  2. Kunjungan dengan tokoh masyarakat dan aparat desa sebagai masukan untuk langkah selanjutnya.
  3. Kerja sama dengan Penilik PLS untuk meminta saran dan masukan positif.
  4. Kunjungan dari pintu ke pintu secara kekeluaragaan.
  5. Pendataaan Warga belajar dimulai dari lingkungan sekitar tutor.
  6. Penjelasa kepada warga belajar tentang maksud dan tujuan diadakannya KF.
  7. Motivasi kepada calon warga belajar untuk mengikuti kegiatan bersama dean sesuai dengan kesepakatan bersama.
Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut selalu ada hal yang tak diingginkan tetapi dengan perencanaan yang matang dan tekad yang bulat serta sikap yang positif dan sedikit menggunakan tehnik merayu maka semua itu bisa terlewati dengan baik dan berjalan dengan lancar.
7

2.  Strategi Pembelajaran
a.   Membaca
            Membaca menurut Montessori (2003:34) adalah bahasa yang ditulis. Pengenalan terhadap tulisan, tanda-tanda, rambu-rambu laululintas, iklan, KTP, SIM, bungkus rokok, bungkus penyedap rasa akan membantu seseorang untuk mencari keterkaitan antara bicara, membaca dan menulis. Seorang yang buta  aksara dan angka biasanya banyak alasan utuk menghindar dari kejaran masalah bila berhadapan dengan hal yang berhubungan baca tulis dan hitung. Ibu yang diminta anaknya untuk mengajari membaca pada suatu kegiatan di rumah seringkali terjadi hal yang tidak diinginkan. Orang tua memberi pengertian pada anaknya bahwa dia tidak bisa membaca tetapi anaknya tak mau tahu sehingga perang mulut terjadi dan pada akhirnya anaknya mengambek dan mengurangi rasa percayanya anak pada orang tuanya.
            Dalam membelajarkan membaca pada warga belajar beberapa prinsip yang perlu diperhatikan antara lain :
1.      Mulai dari sesuatu yang bermakna bagi dirinya seperti membaca nama diri, nama anggota keluarga, nama temannya dan sebagainya
2.      Hal yang dibaca harus mempunyai makna yang jelas.
3.      Belajar membaca dimulai dari hal yang kongrit dan sudah dikenal.
4.      Dimulai dari kata benda.
5.      Dimulai dari kata yang lengkap bukan dari abjad.
6.      Kata-kata yang digunakan yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari.
7.      Bagi buta huruf murni penggunaan huruf sengau ny,ng,kh dan seterusnya harus dihindari (Strategi Belajar Membaca )
Strategi dalam pembelajaran membaca tutor membuat rumusan antara lain : tujuan, materi, metode. Langkah-langkah kegiatan, sumber bahan , dan penilaian ( lihat lampiran I ).
Dalam kegiatan pembelajaran membaca sering terjadi kekeliruan tetapi tutor dalak hal ini tidak boleh menyalahkan warga belajar tetapi memberikan motivasi supaya mereka semangat dan diharapkan untuk pertemuan ke depan bisa lebih baik lagi. Selanjutnya tutor memberi tugas WB untuk latihan membaca di rumah.
8

b.   Menulis
            Menulis merupakan kegiatan yang rumit bila dibandingkan dengan mendengarkan berbicara ataupun membaca. Dalam kegiatan menulis tutor juga harus membuat suatu perencanaan sehingga dalam pelaksaksaan kegiatan bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan. Penguasaan materi, penggunaan metode yang tepat dan penyampaian yang mentenangkan bisa merangsang warga untuk selalu mengikuti kegiatan tersebut.
            Langkah-langkah awal dalam membelajarkan warga belajar menulis antara lain :
1.      Menulis di udara.
Ini dimaksudkan sebagai pemanasan bagi WB untuk pelemasan fungsi alat tulis, karena sekian lama mereka jarang memegang alat tulis bahkan belum sama sekali. Ini bisa memakai jarinya sendiri ataupun ranting pohon.
2.      Menulis apa saja.
Warga belajar diberi keleluasaan menulis apa saja yang disukainya. Seperti menulis garis, lingkaran, menggambar,coret-coret. Ini dimaksudkan untuk media aktualisasi hati WB.
3.      Menulis kongkrit.
Warga belajar diajak menulis kata-kata nyata dengan cara menyalin atau menjiplak tulisan orang lain seperti menulis nama diri, pekerjaan,alamat, nama-nama benda di sekitarnya.
4.      Menulis pesan pendek
Tutor mengajak menulis pesan pendek yang bisa dipahami orang lain.
Contoh : Sapiku dua ( Strategi Belajar Menulis ).
c.   Berhitung
            Pada dasarnya warga belajar bisa berhitung. Ini bisa dipahami karena setiap hari mereka bersinggungan dengan hitung menghitung barang maupun uang. Tetapi kalau mereka disuruh untuk menulis angka dan menjumlahkannya belum bisa. Apalagi kalau mereka dihadapkan pada permasalahan sangat pelik. Sebagai contoh mereka ditanyai PR anaknya tetapi mereka sering kali menghindar tetapi anaknya mendesak. Inilah yang dinamakan problem yang sangat pelik. Maka kesempatan ini dipakai tutor untuk pancingan supaya lebih bersemangat
9

            Dalam pembelajaran berhitung tutor merumuskan langkah-langkah persiapan untuk pembelajaran :
1.      Tutor harus lebih dahulu mengusai konsep pembelajaran berhitung dengan mengamati aktivitas berhitung masyarakat.
2.     Tutor menguasai cara belajar matematika sederhana. Contoh: menghitung uang yang dimiliki.
3.       Menguasai kegiatan hitung fungsional.
4.       Menguasai prinsip-prinsip pembelajaran berhitung yang meliputi WB sudah berkemampuan berhitung, ajari ketrampilan berhitung sesuai kebutuhan warga belajar, gunakan alat dan bahan di sekitar warga belajar, ajari ketrampilan hitung bersama.
            Sebelum kegiatan tutor bersama warga belajar membuat kesepakatan tentang kegiatan hitung yang akan dilaksanakan pada pertemuan yang akan datang, misalnya warga belajar bersedia membawa benda sebagai alat peraga berupa lidi, ketela, jagung dan lainnya. Pada pertemuan berikutnya mereka langsung praktek berhitung dan cara menuliskan angkanya.
d.    Ketrampilan Fungsional.
            Kegiatan ini adalah kegiatan multifungsi karena semua kegiatan membaca, menulis dan berhitung serta ketrampilan bisa dilakukan dalam satu kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya diikuti oleh warga belajar saja tetapi diikuti oleh keluarga WB dan lingkungan warga sekitar.
            Strategi yang ditempuh adalah :
  1. Tutor membuat data pilihan ketrampilan lalu ditawarkan kepada warga belajar.
  2. Setelah WB menyepakati tutor bersama-sama berembuk cara mencari bahan dan pengerjaannnya.
  3. Mengatur jadwal kegiatan.
  4. Melaksanakan praktik ketrampilan fungsional.
  5. Penjelasan akhir serta pemasarannya.
Membuat sarmier ( kerupuk dari ketela diparut, diameter 20 cm ) adalah pilihannya dikarenakan bahan mudah didapat, pengerjaannya juga mudah, dan pemasarannya tidak susah karena harganya murah meriah.
10

B.  Efektifitas Pembelajaran

            Dalam suatu pembelajaran mestinya rencana harus diarahkan pada efektifitas kegiatan. Kegiatan dikatakan efektif bila antara rencana sesuai dengan hasilnya atau dengan kata lain tepat sasaran. Hasil kajian Scheerens (1990;1992) antara lain mengungkapkan bahwa budaya sekolah, organisasi sekolah, dan aplikasi tehnologi pendidikan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sekolah identik dengan KF sedang siswa diidentikan dengan warga belajar.
            Untuk meningkatkan hasil belajar dari pada warga belajar maka perlu ditingkatkannya sumber daya. Sumber daya tidak hanya 3 M ( Man, Money, Material) saja tetapi pengertian sumber daya dalam cakupan yang lebih luas  terdiri dari (Caldwell & Spink,1998):
a.  knowledge (pengetahuan yaitu kurikulum, tujuan dan pengajaran)
b.  technology (media,tehinik dan alat pembelajaran)
c.  power (kekuasaan, wewenang)
d.  material (fasilitas, peralatan )
e.  people ( tenaga kependidikan, administratif, dan stap pendukung lainnya)
f.  Time ( alokasi waktu per tahun,per minggu,  per hari,  per jam pelajaran )
g.  Finance ( alokasi dana )
            Dalam pencapaian efektifitas pembelajaran maka disarankan untuk bisa    :
a. Memberikan pemahaman mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dalam mengembangkan pandangan hidup warga belajar.
b.   Mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
c.  Mengembangkan sikap cinta belajar dan mewujudkannya di dalam setiap kegiatan yang terjadi sepanjang hidup.
d.   Mengembangkan bakat kreatif secara penuh dalam berbagai bidang.

C.  Inovasi
            Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi begitu cepatnya, maka tutor perlu melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajarannya. Pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami oleh warga belajar adalah idaman setiap tutor dan warga belajar. Dalam kamus Bahasa Inggris E. Echols Inovasi (Innovation) sebagai pembaharuan atau perubahan secara baru.
11

Ciri-ciri inovasi yang dikemukakan Rogers adalah sebagai berikut :
1. Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi menguntungkan bagi penerimannya.
2. Kompatibel ( compatibility ), yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai,pengalaman lalu dan kebutuhan dari penerima.
3.  Kompleksitas (complexity), yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerimannya.
4.   Trialibilitas (trialibility), yaitu dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerimanya.
5.  Dapat diamati (observability), yaitu mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi.
            Sedangkan berdasarkan obyeknya jenis inovasi ada tiga jenis yaitu :
1.    Inovasi dalam jenis hubungan antar orang.
2. Inovasi dalam jenis software (piranti lunak), misalnya model sistem penyampaian.
3.  Inovasi dalam jenis hardware ( piranti keras ), misalnya perubahan bentuk ruang kelas.
Supaya dalam penyampaian materi pembelajaran calistung mudah diterima dan dipahami warga belajar maka inovasi yang dilakukan tutor antara lain dengan membuat huruf-huruf dari karton tebal sebagai jiplakan. Begitu juga dalam pengenalan angka. Karton tebal bekas kardus air minum diguntingi sebagai bahan jiplakan warga belajar( lihat lampiran II ). Ini untuk memudahkan warga belajar buta huruf murni dalam menulis.
            Supaya dalam pembelajaran tidak mengalami kejenuhan maka tutor mengajak WB berjalan-pjalan ke lingkungan sekitar untuk mengambil ranting-ranting pohon. Dalam pengenalan huruf juga kegiatan ini sangat menarik. Dari ranting pohon WB diajak memilih dan menggabungkan ranting-ranting tersebut untuk dijadikan huruf .

Dalam pembelajaran membaca tutor melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
  1. Tutor menulis huruf dari a sampai m ( separoh huruf latin ).
  2. Dari setiap huruf tersebut ditulis sampai lima kali.
  3. Huruf  yang sudah tertulis tersebut diberi huruf hidup (vokal)
Contoh : aa   ai     au    ae      ao                ha     hi     hu     he     ho
               Ba  bi     bu    be      bo               ia      ii       iu     ie     io
Ca   ci    cu     ce     co                ja      ji        ju     je     jo
Da   di     du    de    do               ka     ki       ku     ke    ko   
Ea    ei     eu    ee     eo               la      li        lu      le     lo
Fa    fi      fu    fe     fo               ma     mi     mu     me    mo
Ga    gi     gu   ge     go
  1. Setelah itu WB diajak belajar membaca bersama-sama dengan berulang-ulang.
  2. Setelah warga belajar bisa membaca sendiri maka tutor meningkatkan dengan menunjukkan gabungan huruf dan vokal tersebut dengan gabungan huruf dan vokal yang lainnya. Contoh : ba dengan ju, di dengan la dan lainnya.
  3. Warga disuruh memilih gabungan huruf dan vokal dengan gabungan huruf dan vokal sendiri secara berulang-ulang dilanjutkan tugas di rumah sambil apa saja untuk berlatih seperti itu.
Dari hasil kegiatan seperti itu maka dapat disimpulkan bahwa warga belajar lebih cepat bisa menangkap penjelasan dan mempraktekan dalam kegiatan

13

sehari-hari. Ini dapat dilihat pada tabel perolehan nilai di bawah ini :
Hari / tanggal  :  Senin, 5 Juni 2006
Soal :  ba- ju      sa-pu      ja- mu     pa-lu      na- ma
Ketuntasan = 10/10 x 100 %  = 100 %
Supaya pembelajaran menulis juga terlaksana maka warga bewlajar diminta untuk menulis dari pada soal yang telah diberikan.
D.  Mutu
            Suatu kegiatan dikatakan berhasil bila hasil atau mutu keluarannya sesuai dengan yang diharapkan. Konsep tentang mutu banyak sekali diantaranya adalah yang pertama, mutu dipandang sebagai dampak dari hal yang tidak dapat dilukiskan. Kedua, mutu sebagai suatu ukuran dari sebuah akhir penilaian. Ketiga, mutu merupakan bahan bagi suatu reputasi baik bagi pemakainya
            Pendidikan yang bermutu merupakan harapan dari setiap masyarakat suatu negara, ini bisa dipahami dikarenakan modal kehidupan untuk setiap perubahan jaman adalah pendidikan. Garvin mengidentifikasi 8 dimensi sebagai suatu kerangka kerja untuk mempertimbangkan mutu  :
1.   Permonfance ( Grade of Quality) karakteristik utama produk jasa.
2.   Features” Remote control” alat kendali.
3.   Reability-konsistensi dari performa sepanjang waktu.
4.   Durability- sesuatu yang bertahan lama/masa manfaat.
5.   Serviceability-sesuatu yang mudah diperbaiki.
6.   Aesthetics- sesuatu yang menarik dan berani.
7.   Responsiveness-sesuatu yang memiliki ketanggapan yang tinggi.
8.   Reputasi-pervoma masa lalu dan sesuatu yang tak berujud lain.
            Untuk peningkatan mutu maka perlu adanya pemikiran dalam meraihnya. Sumber daya dan perangkat penunjang harus diadakan atau diberdayakan. Yang perlu diberdayakan dalam pelaksanaan Keaksaraan Fungsional adalah:.
1.   Tutor harus mempunyai prasyarat antara lain : kemampuan, latar belakang   pendidikan, pengalaman kerja, kondisi sosial ekonomi, motivasi kerja, komitmen terhadap tugas, disiplin, kreatifitas.
2. Warga belajar harus mempunyai semangat yang tinggi untuk mengikuti kegiatan KF. Semangat yang tinggi perlu pendekatan dan motivasi positif dari seorang tutor.
3.   Landasan Kurikulum.
4.   Sarana dan prasarana.
5.   Pengelolaan KF
6.   Proses pembelajaran.
7.   Pengelolaan dana.
8.   Monitoring.
            Kegiatan KF pada warga belajar buta huruf murni berhasil bila memenuhi harapan – harapan warga belajarnya yaitu bisa membaca dan menulis serta berhitung. Pada kenyataannya banyak kendala yang ditemui tutor dalam pembelajarannya tetapi tidak membuat semangat menjadi kendor. Respon positif dari WB dan lingkungannya serta motivasi dari berbagai pihak membuat semangat tutor begitu terpacu untuk memajukan warga belajarnya. Di setiap akhir pembelajaran tutor melaksanakan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan dari pada pembelajaran. Bila WB bisa sesuai yang diharapkan maka ada kebahagian tersendiri bagi tutor. Pembelajaran dikatakan tuntas bila telah memenuhi target antara 85% - 94 % ( Usman & Setyawati,1993:8).
15

BAB III
PENUTUP
A.   Simpulan
1.      Untuk menjawab tantangan jaman yang semakin cepat perkembangannnya perlu alternatif untuk menjawabnya salah satunya dengan pendidikan keaksaraan fungsional.
2.      Dalam mengajak masyarakat buta aksara dan angka menjadi warga belajar serta cara pembelajarannya perlu strategi pelaksanaannya supaya hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan.
3.      Efektifitas pembelajaran mutlak diperlukan guna menjawab harapan masyaraakat untuk mengimbangi perkembangan jaman yang dinamis.
4.      Dalam pembelajaran di keaksaraan fungsional inovasi – inovasi yang kreatif perlu dikembangkan supaya warga belajar tertarik dan mudah mencerna materi yang diberikan oleh tutor sehingga hasilnya tepat sasaran.
B.   Saran
1.      Untuk menunjang kegiatan keaksaraan supaya berhasil optimal maka perlu adanya pemberdayaan tutor melalui pelatihan atau penataran karena tutor adalah orang yang terjun langsung bersinggungan dengan warga belajar dan masyarakat.
2.      Penambahan bahan ajar untuk warga belajar dari segi kuantitatif perlu ditambah.
3.      Persyaratan peserta lomba mohon jangan dibatasi masa kerja sekian tahun dikarenakan mungkin banyak yang ingin ikut lomba tetapi terbentur oleh persyaratan yang tak memungkinkan mengikuti lomba.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud, 2003. UURI Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Semarang : Duta Nusindo.
Fattah, Nanang,2005. Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta : Universitas Terbuka.
Strategi Belajar Membaca, Materi Pelatihan Master Trainer Tutor Pendidikan Keaksaraan.
Strategi Belajar Menulis, Materi Pelatihan Master Trainer Tutor Pendidikan Keaksaraan.
Strategi Belajar Berhitung, Materi Pelatihan Master Trainer Tutor Pendidikan Keaksaraan.
Suprayekti dkk,2005. Pembaharuan Pembelajaran di SD, Jakarta : Universitas Terbuka.
Wahyudin, H.Dinn,2004. Pengantar Pendidikan, Jakarta : Universitas Terbuka.


Tidak ada komentar: